Dalam setiap perang, ada korban tidak perlu. Kami belum tahu, pihak yang telah menewaskan gadis itu."
Manila (ANTARA News) - Tentara Filipina pada Kamis menewaskan 11 anggota unsur gerilyawan Moro, kata komandan tentara, menggarisbawahi kegentingan di wilayah selatan kaya sumber daya negara itu saat pemerintahan baru berusaha mengakhiri perang berdasawarsa tersebut.
Pasukan itu memerangi pemberontak kecil tapi keras, Pejuang Pembebasan Islam Bangsamoro, berjam-jam di pulau Mindanao dan gadis berusia 15 tahun terperangkap dalam bakutembak dan tewas, kata Kolonel Cirilito Sobejana, lapor Reuters.
"Sangat disayangkan," kata Sobejana kepada wartawan, "Dalam setiap perang, ada korban tidak perlu. Kami belum tahu, pihak yang telah menewaskan gadis itu," katanya.
Sobejana menyatakan helikopter tentara menyerang pemberontak itu dengan roket dan 19 dari mereka terluka. Di sisi pemerintah, ia mengatakan dua tentara terluka.
Filipina puluhan tahun dilanda pemberontakan Moro di kepulauan selatannya.
Pemerintah menandatangani kesepakatan perdamaian dengan kelompok terbesar pemberontak Moro, Kubu Pembebasan Islam Moro (MILF), pada 2014 namun bentrokan masih terjadi dengan kelompok lebih kecil, seperti, Pejuang Pembebasan Islam Bangsamoro, yang memisahkan diri dari MILF pada 2008.
Perjanjian perdamaian dengan MILF belum disahkan dan Presiden Rodrigo Duterte berusaha menyatukan semua unsur untuk memperluas perdamaian di selatan tersebut.
Pada pekan lalu, pasukan Filipina menewaskan sekitar 40 pemberontak Abu Sayyaf dalam serangan di kepulauan selatan, kata tentara pada awal pekan ini, saat pemerintah baru menggencarkan gerakan menumpas salah satu kelompok penculik paling tangguh di Asia.
Pertempuran di pulau Basilan dan Sulu sejak Rabu menewaskan satu tentara dan melukai sekitar dua puluh anggota kelompok terkait Al Qaida itu, yang terkenal beberapa bulan belakangan dengan pengayauan dua sandera asal Kanada.
"Bakutembak sengit masih berlangsung, melibatkan kendaraan lapis baja, senjata berat dan dukungan udara," kata Filemon Tan, juru bicara Komando Mindanao Barat, kepada wartawan, mengutip laporan sandi, yang diterima pada Minggu.
Abu Sayyaf, yang berarti "Pembawa Pedang", selama ini mempermainkan pemerintah Filipina, memperkuat jaringan dengan sejumlah besar uang tebusan dalam yang menjadi salah satu jaringan penculikan paling menguntungkan di Asia.
Pemberontak itu menyekap sedikit-dikitnya 14 sandera, yakni satu orang Belanda, satu Norwegia, lima Filipina dan tujuh warga Indonesia.
(Uu.B002/G003)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016