Jakarta (ANTARA News) - Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yunus Subagyo meminta pemerintah daerah termasuk masyarakat mewaspadai titik panas yang cenderung akan bertambah seiring dengan datang musim kemarau.
Kewaspadaan yang optimal akan dapat menghindari kejadian kebakaran hutan dan lahan, kata Yunus Subagyo, di Jakarta, Rabu.
Potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kata dia, besar terjadi karena pada pertengahan Juli 2016 diperkirakan banyak wilayah Indonesia memasuki kemarau.
Karena itu, katanya lagi, sudah seharusnya masyarakat dan perusahaan-perusahaan tidak melakukan pembakaran terutama di wilayah gambut yang sangat mudah terbakar saat kering.
Keberadaan titik panas di sejumlah tempat kerap hilang dan timbul, seperti yang terjadi di Riau pada Rabu tidak ditemukan titik panas baik pada pukul 07.00 dan 16.00 waktu setempat.
Terdapat kemungkinan yang terjadi Satelit Terra maupun Aqua tidak mampu menjangkau titik panas yang dihasilkan dari panas di bumi karena berbagai hal sebagai faktor penghalang.
Pada Senin (11/7), di Riau ada 28 titik panas dari total 65 titip panas di Sumatera, dengan 16 titik api berasal dari empat kabupaten/kota.
Kemudian Selasa (12/7), di Riau terdapat 28 titik panas dari total 67 di Sumatera, dengan 17 titik api pada empat daerah di Provinsi Riau.
Pantauan BMKG, terdeteksi 18 titik panas pada empat provinsi di Sumatera, yaitu 67 titik atau jauh menurun dibanding hari-hari sebelumnya dengan tingkat kepercayaan 50 persen.
Provinsi terdeteksi titik panas itu, di antaranya Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, dan Bengkulu.
Pada Rabu, terdapat seratus lebih titik panas di seluruh Indonesia. Peta sebaran titik panas itu berasal dari pantauan sensor Satelit Terra & Aqua.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016