Lombok Barat (ANTARA News) - Michael, salah seorang warga negara Prancis mengaku sangat tertarik dengan prosesi adat perayaan "Lebaran Topat" yang digelar Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat karena memiliki keunikan.
"Tradisi budaya ini unik sekali, satu-satunya ada di Lombok, tapi tidak banyak turis yang datang," kata Michael, yang ditemui wartawan ketika mengikuti perayaan Lebaran Topat di pantai Duduk, Desa Batulayar, Kabupaten Lombok Barat, Rabu.
Warga negara Prancis yang mengaku sudah tujuh tahun tinggal di Lombok, menilai tradisi adat Lebaran Topat hanya ditemukan di Lombok, sedangkan di daerah lain tidak ada.
Namun, promosi even budaya ini terkesan kurang. Michael yang memperistri orang lokal menyayangkan kurangnya promosi, sehingga tidak begitu banyak wisatawan asing yang menyaksikan.
"Seharusnya jika diketahui ada even semacam ini, maka para turis mungkin akan ramai-ramai datang ingin menyaksikan," ujarnya.
Menanggapi kritikan dari wisatawan asing, Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid mengatakan, kritikan membangun tersebut akan dijadikan bahan evaluasi supaya ke depan tradisi Lebaran Topat dibenahi.
Menurut dia, salah satu kendala melibatkan wisatawan karena parameter waktu perayaan Lebaran Topat tidak bisa dipatok kapan pelaksanaannya.
"Pelaksanaannya selalu berubah-ubah karena yang menjadi patokan kalender Hijriah. Ini adalah salah satu kesulitannya," katanya.
Meskipun demikian, kata Fauzan, Dinas Pariwisata perlu merancang waktu pelaksanaan, sehingga wisatawan bisa diundang lebih awal menghadiri Lebaran Topat.
Ia juga meminta Dinas Pariwisata lebih kreatif menggelar even budaya tersebut, terlebih Lebaran Topat sudah terdaftar di Kementerian Pariwisata, untuk diusulkan menjadi kalender nasional, namun belum diputuskan.
"Kelebihan jika masuk kalender nasional, dari sisi promosi
dan dukungan biaya akan lebih besar dari pusat," ucapnya.
Pewarta: Awaludin
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016