Nanti `aja`, saya tertibkan sendiri. Kalau tidak layak, tidak boleh jalan. Udah, `gitu aja`."Semarang (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menilai kegiatan transportasi umum darat perlu dibenahi menyeluruh, terutama bus agar semakin diminati untuk sarana mudik.
"Seperti Terminal Terboyo, kondisinya memprihatinkan. Itu kan masih asetnya Pemkot Semarang tapi kayaknya kurang terawat," katanya, saat meninjau Terminal Terboyo Semarang, Selasa.
Pada kesempatan itu, Jonan meninjau sejumlah titik transportasi di Semarang yang dilalui pemudik Lebaran tahun ini, yakni Bandara Internasional Ahmad Yani, Terminal Terboyo, dan Stasiun Poncol.
Namun, kata dia, pembenahan bukan hanya dilakukan pada kondisi infrastruktur, yakni terminalnya, melainkan juga pada kondisi moda transportasinya karena banyak bus yang tidak layak.
Untuk mengembalikan minat masyarakat dalam menggunakan transportasi umum darat, yakni bus AKAP (antarkota antarprovinsi) perlu pembenahan terhadap sarana transportasi yang dioperasikan.
"Terminalnya harus dibenahi, sarananya juga harus dibenahi. Ini pekerjaan rumah (PR) besar untuk semua, terutama industri bus," kata mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) itu.
Jonan mengatakan pemerintah selama ini sudah memberikan perhatian untuk pembenahan angkutan darat, terutama bus, namun sejauh ini masih banyak bus yang dioperasikan kondisinya tidak layak.
"Nanti aja, saya tertibkan sendiri. Kalau tidak layak, tidak boleh jalan. Udah, gitu aja," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Semarang Agus Harmunanto mengatakan terminal tipe A akan diambil alih pengelolaannya oleh pemerintah pusat.
"Di Semarang ini, ada dua terminal tipe A, yakni Terminal Terboyo dan Terminal Mangkang. Untuk Terminal Terboyo, kami usulkan agar dikelola sendiri oleh Pemkot Semarang," katanya.
Namun, kata dia, fungsinya akan dialihkan tidak lagi menjadi terminal bus, melainkan sebagai terminal barang, atau untuk tempat parkir truk-truk, sementara Terminal Mangkang yang dikelola pusat.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016