Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah tipis enam poin menjadi Rp13.112 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.106 per dolar AS.
"Rupiah melemah tipis, pelaku pasar cenderung menahan transaksinya setelah menguat cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir menyusul disahkannya kebijakan pengampunan pajak oleh DPR pada akhir Juni lalu," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa pelemahan rupiah juga seiring dengan data tingkat pengangguran Amerika Serikat di bulan Juni lalu yang naik menjadi 4,9 persen, kondisi itu dapat memberikan alasan bagi bank sentral AS (The Fed) untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga.
"Munculnya proyeksi kenaikan suku bunga AS cukup mempengaruhi pelaku pasar uang di dalam negeri," katanya.
Namun, menurut dia, penguatan dolar AS masih relatif terbatas dalam jangka pendek ini dikarenakan juga adanya pandangan oleh sebagian pejabat The Fed tetap berhati-hati terhadap kenaikan suku bunga.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang kembali berada di bawah level 50 dolar AS per barel turut mempengaruhi laju mata uang komoditas, termasuk rupiah terhadap mata uang AS.
"Harga minyak melemah di sesi perdagangan Asia karena konsumsi musiman menurun. Pelemahan harga minyak juga tampaknya karena sentimen dari kenaikan jumlah rig aktif di AS yang berada di level tertinggi," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.151 dibandingkan hari sebelumnya Senin (11/7) Rp13.112.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016