Jakarta (ANTARA News) - Sudah saatnya Indonesia mencetak para ahli logistik hingga tahap pendidikan master di dalam negeri guna menekan masih tingginya biaya logistik.
"Ini sebuah inisiatif dari pengusaha berdasarkan pengalaman dan sebagainya. Ternyata, ada celah pendidikan yang penting di level master atau S2 bidang logistik. Kami mendukung," kata Sekjen kementerian Perindustrian Syarif Hidayat di Jakarta, Selasa.
Dengan pendidikan yang diadopsi dari Belanda, Syarif berharap banyak industriawan yang mengirim karyawannya untuk lebih mendalami ilmu logistik, yang diyakini akan mempengaruhi biaya logistik industri tersebut.
"Saya yakin, kalau penisnis punya pengetahuan yang cukup, dia akan melakukan pengaturan yang lebih baik lagi," ungkap Syarif.
Syarif meyakini, kebutuhan SDM bidang logistik ke depan akan semakin banyak, mengingat semakin banyak pelabuhan dan infrastruktur yang dibangun.
Sementara itu, Ketua Yayasan Sejuta Sahabat Indonesia Eka Sari Lorena Soerbakti, yang berkolaborasi dengan Maastricht School of Management (MSM) dan Universitas Udayana, menyampaikan sekolah tersebut dibangun di Bali dan mulai beroperasi November 2016.
"Sekarang yang mendaftar 10 orang. Target kami 12-15 orang. Memang kelas kecil," ungkapnya.
Menurut pemilik Eka Sari Lorena (ESL) Logistics tersebut, biaya logistik di Indonesia memakan porsi 20-30 persen dari seluruh biaya operasional industri, di mana angka tersebut termasuk yang paling tinggi di dunia dibandingkan negara-negara lain yang angkanya 9-12 persen.
Ia meyakini, dengan tenaga ahli yang terdidik, akan berdampak pada penurunan biaya logistik hingga 5 persen, sekaligus membuat Indonesia lebih kompetitif.
"Kalau saja perhitungan kami tadi dengan perusahaan-perusahaan logistik mampu melakukan kegiatan lebih efisien, bisa menghemat biaya operasional antara 3-5 persen," ungkap Lorena.
Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016