Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap masuknya dana asing cukup besar, yang mencapai Rp97 triliun hingga Juni 2016.

"Dolar itu di Indonesia disimpan di bank sebagai cadangan saja, berarti kita membayar untuk yang tidak perlu. Maka hati-hati juga uang besar masuk itu," kata Wapres di Jakarta, Selasa.

Dia mengimbau supaya dana asing yang masuk itu digunakan untuk memperbaiki perekonomian Indonesia, karena jika hanya disimpan di bank maka Pemerintah harus membayar bunganya.

"Itu membaik, tapi salah satu faktor juga bunga luar negeri yang nol persen, bunga dalam negeri delapan persen, sehingga, kalau (dana asing) itu dipakai hanya untuk disimpan di perbankan, maka kita malah harus bayar delapan persen bunga tanpa menggunakan dana itu. Jadi hati-hati," katanya.

Bank Indonesia melaporkan dana asing yang masuk sejak awal tahun hingga 24 Juni 2016 mencapai Rp97 triliun atau naik 70,1 persen dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar Rp57 triliun.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan dana asing yang masuk tersebut telah menopang penguatan rupiah yang terus bertengger di level psikologis Rp13.100, dalam beberapa pekan terakhir.

Dengan peningkatan dana asing tersebut, BI mengartikan kepercayaan asing terhadap kondisi perekonomian Indonesia semakin membaik.

Sementara itu, lanjut Agus, dengan disetujuinya Undang-Undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty),maka kepercayaan pelaku pasar dan investor turut meningkat.

Pada penerapan "Tax Amnesty" hingga 1 April 2017, Agus meyakini limpahan dana asing akan menopang penguatan rupiah. Namun, BI akan menjaga stabilitas nilai tukar agar tidak terlalu lemah, dan tidak terlalu kuat, dan berada pada nilai fundamentalnya.

Lolosnya UU pengampunan pajak di parlemen juga, menurut Agus, telah berhasil meredam dampak eksternal dari hasil referendum rakyat Inggris untuk kleuar dari Uni Eropa (Britain Exit).

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016