Pekanbaru (ANTARA News) - Pemangku kepentingan di Provinsi Riau yang tergabung dalam satuan tugas kebakaran hutan dan lahan serta pemerintah kabupaten/kota setempat meningkatkan patroli jelang kedatangan Presiden Joko Widodo yang direncanakan pada 23 Juli mendatang.
"Di Siak Rencana akan ada rencana kunjungan RI 1. Kita akan optimalisasi untuk patroli," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Edwar Sanger di Pekanbaru, Senin.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa titik panas yang terdeteksi akan langsung dicek oleh satgas di lapangan. Itu dilakukan dengan dua helikopter dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang sudah "standby".
"Kemarin sudah nihil, tapi hari ini terpantau tiga di Inhil. Kita Optimalkan dua heli dari BNPB," ucapnya.
Presiden Joko Widodo direncenakan melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Riau untuk menghadiri Peringatan Hari Lingkungan Hidup Internasional di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Diharapkan Pemprov Riau presiden juga melakukan kegiatan lain.
Diantaranya meresmikan dua proyek perhubungan di Riau yakni Tol Pekanbaru-Dumai dan jalur kereta api Trans Sumatera yang melintasi wilayah setempat. Kemudian pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tenayan Raya Pekanbaru yang sudah dibangun sejak 2010.
Sementara itu, berdasarkan data terakhir Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, titik panas di wilayah di Provinsi Riau meningkat menjadi 28 titik dari sebelumnya di pagi hari enam titik. Riau merupakan konsentrasi sebaran di Pulau Sumatera yang berjumlah 65 titik api.
"Ini berdasarkan pantauan satelit baik Terra maupun Aqua pada pukul 16.00 WIB, dengan level confident (tingkat kepercayaan) 50 persen terkait potensi karlahut di Sumatera," terang Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin.
Dari 28 titik panas di Riau, jelas Sugarin, terjadi di empatkabupaten/kota di pesisir provinsi tersebut dengan wilayah kosentrasi titik panas berada di Rokan Hilir 20 titik, Bengkalis empat titik dan Dumai serta Kampar sama-sama menyumbang dua titik panas.
Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016