Operasi militer itu opsi terakhir, itu pasti ada korban, kita hindari adanya korban jiwa
Jakarta (ANTARA News) - Menhan Ryamizard Ryacudu menyatakan Kemenhan melakukan koordinasi dengan Kemenhan Malaysia dalam penanganan tiga WNI yang disandera kelompok bersenjata di negara itu.

"Saya baru dapat informasinya kemarin, saya hari ini menghubungi Menhan Malaysia untuk koordinasi bagaimana kita menghadapi ini," kata Menhan seusai halal bihalal dengan Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta, Senin.

Ia menyebutkan beberapa waktu lalu dirinya sudah berkoordinasi dengan Menhan Malaysia namun saat itu belum terjadi kasus penyenderaan WNI.

Menhan menyebutkan lokasi awal penyenderaan atau saat penangkapan sudah diketahui tapi pemerintah belum tahu korban dibawa ke mana.

Mengenai adanya kesepakatan patroli bersama tiga negara, Menhan mengatakan patroli bersama harus pakai latihan dulu, kalau tidak akan kacau.

"Kemarin latihan terkendala memasuki ibadah puasa, dan kita jadwalkan akan ada patroli bersama setelah Lebaran ini," katanya.

Baca Juga : Patroli bersama Indonesia-Filipina harus resmi

Menhan menyebutkan Kemenhan mengedepankan upaya negosiasi dulu sementara operasi militer merupakan opsi terakhir.

"Operasi militer itu opsi terakhir, itu pasti ada korban, kita hindari adanya korban jiwa," katanya.

Sebelumnya kelompok bersenjata yang diduga berasal dari Filipina kembali menyandera warga negara Indonesia yang bekerja di Lahad Datu Negeri Sabah, Malaysia yang dilaporkan oleh majikannya bernama Chia Tong Lim, warga negara Malaysia.

Chia Tong Len kepada kepolisian negara itu, Minggu (10/7), melaporkan sekitar pukul 04.17 waktu setempat bahwa pekerjanya yang berkewarganegaraan Indonesia tersebut sedang menangkap ikan menggunakan kapal miliknya di perairan Kawasan Felda Sahabat Tungku, Lahad Datu.

Ia mengungkapkan kejadiannya sekitar pukul 12.00 waktu negara itu, saat kapal miliknya dengan anak buah semuanya WNI itu didatangi sebuah speedboat berukuran panjang dengan lima orang penumpang membawa senjata laras panjang.

Tidak lama kemudian, tiga orang dari tujuh anak buah kapal (ABK) yang dipekerjakan tersebut langsung dibawa oleh kelompok bersenjata yang diduga ada hubungannya dengan kelompok bersenjata Abu Sayyaf asal Filipina.


Baca Juga : Menlu: menyanderaan ABK sudah tidak bisa ditoleransi

Sedangkan empat lainnya masing-masing seorang WNI dan tiga warga Filipina asal Suku Bajau Palauh telah dilepaskan bersama kapal yang digunakan menangkap ikan dengan nomor lambung LD113/5/F saat ini telah berada di Pelabuhan Lahad Datu.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016