Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi membenarkan bahwa kembali terjadi penculikan terhadap tiga anak buah kapal (ABK) asal Indonesia oleh kelompok bersenjata, dan ketiga ABK yang disandera dibawa ke wilayah perairan Filipina selatan.

"Ada kasus baru penyanderaan tiga ABK oleh kelompok bersenjata. ABK yang diculik seluruhnya WNI dan mereka dibawa ke perairan Tawi-tawi, Filipina selatan," kata Menlu Retno Marsudi di Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Senin.

Menlu Retno menjelaskan bahwa pada 9 Juli sekitar pukul 20.33 waktu setempat, kapal pukat tunda LLD113/5/F yang berbendera Malaysia disergap oleh kelompok bersenjata di sekitar perairan kawasan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu, Malaysia.


Baca Juga : Lagi penculikan WNI, kali ini tiga WNI diculik di Sabah Malaysia

"Kejadian tersebut baru dilaporkan kemarin oleh pemilik kapal pada tanggal 10 Juli kepada Kepolisian Lahad Datu. Menurut laporan yang kami terima, kapal tersebut disergap oleh speed boat yang dinaiki lima lelaki bersenjata api," ujar dia.

Dia menyebutkan bahwa dari ketujuh ABK yang disergap di kapal itu, tiga orang diculik dan empat orang lainnya dibebaskan, dan ketiga ABK yang diculik diketahui seluruhnya adalah WNI.

"Kepolisian Lahad Datu telah mengkonfirmasi kejadian tersebut dan sekaligus mengkonfirmasikan bahwa tiga ABK adalah WNI yang memiliki izin kerja yang sah di Malaysia," kata dia.


Baca Juga : Kronologi penculikan WNI di Lahad Datu Negeri Sabah Malaysia

Menlu Retno lebih lanjut mengatakan bahwa pada Minggu, 10 Juli, pihak penyandera telah menghubungi pemilik kapal melalui ABK yang disandera.

"Setelah menerima informasi ini, Kemlu berkoordinasi dengan empat perwakilan RI, yaitu KBRI Kuala Lumpur, Konsulat di Tawau, KBRI Manila dan Konsulat di Davao, untuk memantau lebih jauh perkembangan kasus ini," ujar Retno.

Menurut dia, Konsulat di Tawau juga telah mengirimkan staf teknis ke Kepolisian Lahat Datu dan untuk berkoordiansi dengan otoriats setempat dan pemilik kapal.

"Pada pagi ini, saya juga telah melakukan komunikasi dengan Menlu Filipina dan Menlu Malaysia untuk meminta kembali perhatian kepada kasus baru (penyenderaan ABK) ini," ucap Menlu Retno.


Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016