Jakarta (ANTARA News) - Sekitar empat jam lagi pertandingan final Piala Eropa 2016 antara Prancis melawan Portugal akan digelar di Paris. Dan berikut empat poin penting menjelang laga final itu, seperti dikutip laman Euro Sports.

Didier Deschamps bisa cetak sejarah
Dia dianggap oleh Hugo Lloris sebagai arsitek keberhasilan Prancis. Didier Deschamps sendiri tidak meledak-ledak dengan berkat, "Saya sama sekali tidak stres atau tertekan. Hanya adrenalin dan itu positif."
Deschamps memang bertangan dingin sekaligus berkepala dingin. Dia berani mencampakkan para pemain bintang, seperti dengan tidak memanggil Karim Benzema karena skandal pemerasan, atau membangkucadangkan Paul Pogba dan Antoine Griezmann.
Jika Prancis juara, maka Deschamps akan menjadi orang kedua setelah Berti Vogts yang menjadi juara Euro baik selagi menjadi pemain maupun pelatih.
Vogts mengantarkan Jerman juara Euro 96, namun saat Jerman Barat juara Euro 1972 dia hanyalah pemain cadangan. Sebaliknya Deschamps mengkapteni Prancis saat juara Euro 2000.

Teka-teki N’Golo Kante
Deschamps memiliki dua formasi selama turnamen ini, yakni 4-2-3-1 dan 4-3-3 yang sering dipakai bersamaan pada satu pertandingan.
Yang pertama dominan selama fase knockout dan telah mendorong keluarnya permainan terbaik Antoine Griezmann, sebaliknya membatasi gerak Paul Pogba.
Formasi kedua membuat Pogba lebih punya banyak kebebasan, sebaliknya membuat Griezmann kurang efektif.
Namun penampilan luar biasa Griezmann menunjukkan Deschamps sudah benar menempatkan dia di posisi tengah di belakang Olivier Giroud, namun kendati dia mencetak dua gol saat menang 2-0 atas Jerman pada semifinal, dua gelandang Pogba dan Blaise Matuidi tersisih dan Prancis beruntung bisa memimpin pada babak pertama.
Ketika N’Golo Kante masuk pada babak kedua untuk mengobah formasi menjadi 4-3-3, Pogba menciptakan gol kedua pada 60 detik. Dan inilah masalah Deschamps.
Dengan Cristiano Ronaldo dan Nani menjadi ujung tombak kembar, ditambah si pemecah kebuntuan Renato Sanches, maka Kante mesti dimasukkan.

Serangan kedua tim menghadapi tangguhnya pertahanan
Kisah Prancis bukan hanya soal gol-gol Griezmann, namun juga penampilan gemilang di belakang yang membuat mereka tidak kebobolan dari Jerman. Hugo Lloris membuat penyelamatan-penyelamatan kelas dunia, Laurent Koscielny konsisten tampil impresif dan Samuel Umtiti yang melakukan debut sewaktu menghadapi Islandia pada perempatfinal, benar-benar menjadi pencerah tim. Pertahanan Prancis tidak akan layu menghadapi Ronaldo.
Portugal juga hebat dalam bertahan dengan menjalankan permain ketat sehungga hanya sekali kebobolan sewaktu melawan Polandia. Deschamps memperhatikan ketangguhan barisan pertahanan Portugal ini, apalahi William Carvalho kembali bermain setelah akumulasi kartu dan Pepe yang bugar kembali pada posisi bek tengah.

Portugal bukan hanya Ronaldo
Mitra serangan Cristiano Ronaldo, Nani, telah menjadi salah satu bintang turnamen ini, kendati sumbangsih dia dibayangbayangi oleh egoisme koleganya itu. Keduanya masing-masing telah menciptakan tiga gol yang menunjukkan sinkrotis antara keduany. Keduanya cocok dengan formasi dua penyerang 4-4-2 yang menjadi formula Fernando Santos.
Nani memang ada dalam bayang-bayang Ronaldo namun perannya sebagai penyerang tengah telah menjadi kebangkitan dalam karirnya sehingga Valencia pun kepincut merekrutnya.
Namun tetap saja Ronaldo dianggap Prancis di atas segalanya. Didier Deschamps pun mengakui sulit sekali menghentikan Ronaldo.
"Jika ada obat anti Ronaldo, tidak ada seorang pun yang menemukan resepnya," kata Deschamps. "Dia pemain yang top sekali.Akan bagus sekali bisa menetralisir dia dan kami juga perlu membatasi pengaruhnya. Itulah tugas penting yang harus dilakukan."

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016