"Menhub harus segera melakukan investigasi dan instrospeksi diri terhadap horor kemacetan yang sampai menelan korban, dan tidak perlu melempar tanggung jawab pada pihak lain," kata Koordinator Pustari HM Arum Sabil dalam keterangan persnya yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.
Menurut Koordinator Pustari yang juga Ketua Umum Majelis Permusyawaratan Anggota Dewan Pimpinan Pusat Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) itu, sorotan atas penanganan arus mudik, terutama di Brebes terus berlanjut, bahkan sejumlah pihak meminta Menhub mengundurkan diri.
Dampak kemacetan di Brebes adalah bahwa mudik Lebaran yang mestinya menyenangkan malah menjadi horor menakutkan bagi sebagian masyarakat pemudik, padahal mudik Lebaran adalah hal rutin yang mestinya sudah diantisipasi Menhub dan jajarannya.
Baca Juga : Kakorlantas evaluasi masalah macet total arus mudik
Pustari mencatat, betapa kegelisahan publik demikian besar, tetapi Menteri Jonan malah berkelit. Di kalangan netizen, sorotan pada kinerja Menhub antara lain tertuang dalam Surat Terbuka Yuli Rakhmawati Ramdhani SH yang anggota keluarganya meninggal dunia.
"Bila kita baca surat terbuka tersebut, betapa perasaan kita demikian pedih dan perih pada kenyataan yang dihadapi sebagian pemudik pada Lebaran tahun ini," kata Koordinator Pustari.
Dalam surat terbuka kepada Menhub, Yuli menjelaskan, salah satu pemudik adalah pamannya, pemudik dari Bekasi yang hendak mudik ke Boyolali lewat Brebes dan terjebak di Brebes Exit.
Pamannya itu berangkat hari Senin malam dan terlunta-lunta selama empat hari di jalan, lalu kekurangan oksigen dan kena stroke, pecah pembuluh darah, dan tragis, meninggal di pelukan istrinya dalam mobil travel yang sesak.
Baca Juga : Kapolda Jateng tegaskan tidak ada pemudik meninggal karena kemacetan
"Kemudian perlu waktu empat jam untuk menemukan kantor polisi terdekat dan butuh tiga jam untuk menemukan rumah sakit terdekat guna mengevakuasi jenazah paman saya, karena macet," kata Yuli dalam surat terbuka kepada Menhub.
Yuli melanjutkan, diperlukan waktu satu setengah hari untuk membawa jenazah kembali ke kampung halamannya di Sukabumi dengan kondisi yang menyedihkan dan biaya yang tidak sedikit.
Terkait surat terbuka kepada Menhub tersebut, Koordinator Pustari menyatakan simpati dan belasungkawa kepada keluarga korban serta berharap Menhub serius memperhatikan persoalan kemanusiaan ini.
Menurut Arum Sabil, Jonan sebagai Menhub terindikasi memaksakan argumentasi pembenaran atas dirinya, bahkan terkesan menyalahkan pihak lain untuk menutupi kegagalan dalam mempersiapkan mudik Lebaran 2016.
Menhub melalui media membangun persepsi seolah kesalahan ada di pihak Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dianggap diam tidak berbuat apa-apa.
Baca Juga : Mendagri: pemerintah minta maaf terkait layanan mudik
Lebih dari itu, Menhub malahan menyebut para korban yang meninggal karena terperangkap kemacetan adalah mereka dengan penyakit bawaan, sehingga pernyataan itu sangat melukai perasaan publik.
"Terkait persoalan itu kami mendapatkan banyak aspirasi agar Menhub mengundurkan diri serta merasa yakin Presiden Jokowi akan memperhatikan keprihatinan publik terkait kinerja Menhub dan jajarannnya demi perbaikan transportasi dan perhubungan di Tanah Air," kata Koordinator Pustari.
Pustari mencatat, betapa kegelisahan publik demikian besar, tetapi Menteri Jonan malah berkelit. Di kalangan netizen, sorotan pada kinerja Menhub antara lain tertuang dalam Surat Terbuka Yuli Rakhmawati Ramdhani SH yang anggota keluarganya meninggal dunia.
"Bila kita baca surat terbuka tersebut, betapa perasaan kita demikian pedih dan perih pada kenyataan yang dihadapi sebagian pemudik pada Lebaran tahun ini," kata Koordinator Pustari.
Dalam surat terbuka kepada Menhub, Yuli menjelaskan, salah satu pemudik adalah pamannya, pemudik dari Bekasi yang hendak mudik ke Boyolali lewat Brebes dan terjebak di Brebes Exit.
Pamannya itu berangkat hari Senin malam dan terlunta-lunta selama empat hari di jalan, lalu kekurangan oksigen dan kena stroke, pecah pembuluh darah, dan tragis, meninggal di pelukan istrinya dalam mobil travel yang sesak.
Baca Juga : Kapolda Jateng tegaskan tidak ada pemudik meninggal karena kemacetan
"Kemudian perlu waktu empat jam untuk menemukan kantor polisi terdekat dan butuh tiga jam untuk menemukan rumah sakit terdekat guna mengevakuasi jenazah paman saya, karena macet," kata Yuli dalam surat terbuka kepada Menhub.
Yuli melanjutkan, diperlukan waktu satu setengah hari untuk membawa jenazah kembali ke kampung halamannya di Sukabumi dengan kondisi yang menyedihkan dan biaya yang tidak sedikit.
Terkait surat terbuka kepada Menhub tersebut, Koordinator Pustari menyatakan simpati dan belasungkawa kepada keluarga korban serta berharap Menhub serius memperhatikan persoalan kemanusiaan ini.
Menurut Arum Sabil, Jonan sebagai Menhub terindikasi memaksakan argumentasi pembenaran atas dirinya, bahkan terkesan menyalahkan pihak lain untuk menutupi kegagalan dalam mempersiapkan mudik Lebaran 2016.
Menhub melalui media membangun persepsi seolah kesalahan ada di pihak Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dianggap diam tidak berbuat apa-apa.
Baca Juga : Mendagri: pemerintah minta maaf terkait layanan mudik
Lebih dari itu, Menhub malahan menyebut para korban yang meninggal karena terperangkap kemacetan adalah mereka dengan penyakit bawaan, sehingga pernyataan itu sangat melukai perasaan publik.
"Terkait persoalan itu kami mendapatkan banyak aspirasi agar Menhub mengundurkan diri serta merasa yakin Presiden Jokowi akan memperhatikan keprihatinan publik terkait kinerja Menhub dan jajarannnya demi perbaikan transportasi dan perhubungan di Tanah Air," kata Koordinator Pustari.
Pewarta: Aat Surya Safaat
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016