Jakarta (ANTARA News) - Simulasi arus mudik lebaran dinilai perlu dilakukan untuk memprediksi kemacetan sekaligus mengendalikan volume kendaraan oleh tim "trafic engineer" atau ahli lalu lintas, kata pengamat transportasi Djoko Setijawarno.

"Korlantas Polri harus minta pendampingan dari tim traficengineer atau ahli lalu lintas yang dapat melakukan simulasi dan memprediksi kapan terjadi hambatan, serta dapat memberikan alternatif penanganan," kata Djoko dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Djoko mengatakan upaya pemerintah yang menyediakan infrastruktur jalan untuk mengatasi kemacetan belum optimal dikarenakan tingginya angka peningkatan kepemilikan kendaraan roda empat.

Dia memberi contoh jalur tol Pejagan-Brebes yang baru diresmikan sebagai upaya mengurangi arus kemacetan saat mudik Lebaran malah terjadi kemacetan panjang di ruas tol yang dinilai membahayakan.

"Jika kejadian macet di jalan non-tol dan terjadi hal darurat pemudik, sakit misalnya, dapat dengan mudah dilakukan tindakan evakuasi. Lain hal jika macet di jalan tol, posko kesehatan hanya tersedia di rest area yang berjarak rata-rata tiap 20 kilometer. Demikian pula dengan kekurangan logistik, butuh BBM, hasrat BAB, dan sebagainya, sungguh menyulitkan," kata Djoko.

Terjadinya macet panjang pada arus mudik Lebaran 2016, tambah Djoko, merupakan akumulasi kesalahan pengelolaan transportasi nasional sejak beberapa tahun lalu.

Menurut dia, sejumlah kementerian dan lembaga yang lebih banyak harus berkoordinasi menyediakan tradisi mudik yang sehat dengan dipimpin langsung di bawah Presiden.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016