Banyuwangi (ANTARA News) - Warga Suku Osing di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar ritual "barong ider bumi" sebagai rangkaian memeriahkan Lebaran 2016.
Ketua Desa Adat Kemiren Suahaimi di Banyuwangi, Jumat, menjelaskan kegiatan yang digelar pada Kamis (7/7) atau sehari setelah Shalat Idul Fitri itu merupakan ritual adat dengan tujuan untuk menjauhkan desa dari segala mara bahaya.
Ritual bersih desa itu, katanya, dilakukan masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, setiap tanggal 2 Syawal. Tradisi itu ditandai dengan mengarak barong mengelilingi desa yang diakhiri dengan kenduri massal oleh warga di sepanjang jalan desa.
Pada Idul Fitri 1437 Hijriah ini, ritual "barong ider bumi" digelar pada pukul 15.00 WIB yang diawali ritual sembur othik-othik, yakni ritual melempar (menyembur) uang receh yang dicampur beras kuning dan bunga.
"Melempar uang receh dalam ritual ini melambangkan usaha warga untuk membuang (melempar) sial dari Desa Kemiren," kata Suhaimi.
Usai ritual sembur othik-othik, seluruh warga mengarak tiga barong Osing yang diawali dari pusaran (gerbang masuk) desa ke arah barat menuju tempat mangku barong sejauh dua kilometer. Selain warga, para sesepuh juga ikut berjalan mengarak barong-barong tersebut sambil membawa dupa dan melafalkan doa-doa untuk keselamatan seluruh warga.
Setelah diarak sejauh dua kilometer, barong-barong itu digiring kembali ke pusaran untuk selamatan bersama.
Di tempat itulah puncak acara dilakukan, yakni selamatan dengan menggunakan tumpeng pecel pitik (ayam kampung yang dibakar dengan ditaburi kelapa) sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah memberikan keberkahan.
Puluhan tumpeng pecel pitik ditata rapi berjajar di sepanjang jalan. Masyarakat dan pengunjung yang menyaksikan ritual sakral itu juga turut diajak kenduri karena setiap rumah membuat tumpeng yang sengaja disuguhkan untuk dinikmati warga lain yang hadir.
Menurut Suhaimi, ritual itu telah dilakukan masyarakat Desa Kemiren sejak ratusan tahun yang lalu.
Diceritakan, saat itu Desa Kemiren terkena pageblug (wabah penyakit). Banyak orang yang pagi hari sakit sorenya meninggal. Tidak hanya wabah kematian yang menyerang warga, ratusan hektare sawah juga diserang hama sehingga menyebabkan gagal panen.
Warga pun mengadakan tirakatan dan berdoa memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Akhirnya, salah seorang tetua adat Desa Kemiren yang bernama Mbah Buyut Cili mendapatkan wangsit lewat mimpinya.
Dalam mimpinya, kata Suhaimi,untuk mengusir penyakit dan hama yang melanda desa, penduduk harus mengadakan selamatan kampung dengan menggelar ritual arak-arakan barong untuk menolak bencana.
Barong sendiri adalah kostum dengan topeng dan asesoris yang merupakan penggambaran hewan yang menakutkan. Barong ini dipercaya oleh masyarakat Osing memiliki kemampuan untuk mengusir roh jahat.
Sejak saat itulah, ritual arak barong yang kini disebut barong ider bumi menjadi tradisi warga Kemiren. Setiap 2 Syawal, barong diarak keliling desa dengan diiringi pembacaan macapat (tembang Jawa) yang berisi doa kepada Sang Khalik dan nenek moyang untuk menolak bahaya (bala) yang mengancam keselamatan penduduk desa.
Barong ider bumi kini menjadi salah satu agenda dari Banyuwangi Festival 2016.
"Sudah sejak empat tahun silam pemda memasukkan tradisi ini ke dalam agenda wisata Banyuwangi Festival (B-Fest). Ini dilakukan untuk menguatkan tradisi lokal agar tidak punah, serta sebagai syiar agar budaya asli Banyuwangi bisa dikenal masyarakat luas," kata Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda.
Ritual adat itu menjadi salah satu atraksi budaya yang menarik perhatian warga dan wisatawan. Ribuan warga tumplek memadati jalan sepanjang desa yang menjadi rute arak-arakan barong. Mereka bukan hanya warga lokal, namun juga masyarakat dari luar daerah Banyuwangi.
Pewarta: Masuki M Astro
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016