Jakarta (ANTARA News) - Setelah berpuasa satu bulan lamanya, akhirnya penghujung Ramadhan tiba dan hari kemenangan datang.
1 Syawal, yang secara resmi ditasbihkan jatuh pada 6 Juli 2016 oleh puluhan ulama dan cendekia muslim dalam sebuah sidang itsbat pada Senin (4/7), secara aklamasi selama bertahun-tahun telah menjadi simbol kemenangan bagi umat Islam.
Kemenangan dari menahan nafsu dan lapar secara rutin sekitar 12 jam setiap harinya selama satu bulan penuh. Kemenangan mengatasi penat, lelah dan emosi yang membuncah saat terjebak berjam-jam di jalan menuju kampung halaman. Dan kali ini tentunya kemenangan atas takut dari teror pascaaksi bom bunuh diri di Solo, Jawa Tengah.
Saat kehidupan boleh dikata tak semakin ringan, salah satunya dengan harga daging sapi yang membandel tak jua turun walau "titah" pemimpin tertinggi negeri ini, sebuah kemenangan tentunya memberi suntikan moral tersendiri.
Untuk satu hari istimewa ini seakan segala permasalahan kehidupan absen untuk sementara. Seluruh umat Islam ingin berbahagia di hari yang fitri ini.
Salah satu wujud "kebahagiaan" bagi sebagian besar umat Islam saat lebaran adalah berkumpul dengan keluarga besar untuk berbagi kisah "sukses".
Pulang saat lebaran bagi para perantau adalah rutinitas yang tak terganti oleh karena itu ancaman terjebak macet berjam-jam tak akan pernah menyurutkan langkah, bahkan jika resikonya adalah kelelahan yang berujung kematian.
Pada Senin (4/7), tersiar kabar sebanyak 12 pemudik meninggal dunia selama terjebak kemacetan di sepanjang ruas Tol Pejagan-Brebes. Sekalioun Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan kemacetan parah tidak mungkin menyebabkan pemudik meninggal dunia tanpa adanya riwayat penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, memprediksi selain disebabkan oleh kondisi kesehatan pemudik yang kurang baik, sulitnya mobil ambulans menjangkau lokasi juga bisa menjadi salah satu faktor.
Berdasarkan pantauan Antara, seorang pemudik diketahui meninggal dunia karena diduga mengalami kelelahan setelah terjebak dalam kemacetan parah arus mudik Lebaran 2016 di pintu Tol Brebes Timur Exit pada Senin.
"Kami sudah berusaha menolong menyelamatkan nyawa Ibu Suharti (50) yang kelelahan tapi tidak berhasil," kata Ketua Bidang Kepanduan dan Olahraga DPW PKS Jawa Tengah Amir Darmanto.
Menurut dia, setelah turun dari bus Sumber Alam dengan tujuan ke Yogyakarta, korban sempat singgah di Posko Mudik PKS Kabupaten Brebes dan bermaksud untuk buang air kecil, namun sebelum masuk toilet, korban pingsan.
"Mengetahui hal itu, tim kesehatan dan kepanduan kami di posko mudik dengan sigap langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa ke puskesmas karena kondisi korban yang kritis," ujarnya.� Sesampainya di puskesmas terdekat setelah menerobos kemacetan, kata dia, ternyata korban telah meninggal dunia.
Untuk lebaran 2016 kemacetan di ruas tol Pejagan-Brebes memang memperoleh sorotan yang luar biasa karena dapat mencapai 12 jam.
Menang atas Teror
Tepat di saat sebagian umat Muslim tengah melakukan puasa di hari terakhir Ramadhan 2016, dan sebagian yang lain berdebat untuk melakukan takbir keliling atau tidak, Selasa pagi (5/7), sekira pukul 07.30 WIB, seorang tidak dikenal dengan mengendarai sepeda motor tiba-tiba memasuki komplek Markas Polresta Solo di Jalan Adisucipto.
Pelaku yang tiba di depan Kantor Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) kemudian meledakkan diri. Pengendara motor tersebut tewas seketika dan ledakan turut melukai bagian muka anggota Provos yang mengejar pelaku.
Sebuah aksi teror menjelang Idul Fitri yang ditandai dengan berkumpulnya ribuan umat Muslim di masjid-masjid atau lapangan terbuka tentu dikhawatirkan akan menimbulkan kecemasan di kalangan warga.
Sesaat setelah kejadian itu Presiden Joko Widodo mengimbau kepada masyarakat Indonesia, khususnya Kota Solo untuk tetap tenang menjalankan ibadah usai tragedi ledakan bom bunuh diri itu.
Ia menyampaikan akan terus berkoordinasi dengan Polri terkait tindaklanjut pengejaran jaringan otak bom bunuh diri itu.
Hal yang sama juga diserukan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
"Saya ingin mengajak seluruh umat Islam dan seluruh masyarakat di Indonesia untuk tidak terpengaruh dengan kejadian seperti itu, karena kita adalah bangsa yang besar, memiliki kekuatan dan aparat yang cukup handal untuk mengungkap peristiwa yang tidak dikehendaki itu," kata Menag.
Dan tampaknya umat Islam Indonesia memang tidak ingin hari kemenangan mereka ternoda.
Belum lagi pukul 06.00 WIB, ribuan umat Muslim telah berdatangan di Masjid Istiqlal untuk melakukan shalat Idul Fitri dengan imam H Ahmad Husni Ismail MAg dan imam besar Masjid Istiqlal Prof Dr H Nasaruddin Umar MA membaca khutbah yang berjudul Mempersiapkan Generasi Qurani.
Shalat Ied kali ini dihadiri juga oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta keluarga, Ketua MPR Zulkifli Hasan dan sejumlah anggota kabinet, di antaranya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursyidan Baldan.
Sementara itu Presiden Joko Widodo bersama keluarga memilih untuk melakukan shalat Idul Fitri bersama warga Padang, di Masjid Raya Sumatera Barat.
Memakai baju muslim putih dengan balutan jas abu-abu serta sarung berwarna cokelat muda dan peci hitam, kehadiran presiden menjadi magnet khusus yang menyita perhatian warga. Wajar jika usai melaksanakan shalat, warga berhamburan ke arah presiden yang shalat pada barisan pertama untuk bersalaman dan berfoto.
Kendati paspamres telah membuat barikade tidak mengurangi antusias warga untuk melihat langsung dan berjabat tangan dengan Presiden.
Kehadiran Presiden Jokowi dan Wapres Kalla di tengah warga sama seperti tahun-tahun yang lalu menunjukkan bahwa teror tak dapat menghapus semangat merayakan kemenangan dengan kebersamaan.
Saling Memaafkan dan Berbagi
Selain tradisi saling memaafkan di kampung halaman, tradisi untuk memberi maaf di saat hari kemenangan juga terlembaga dalam institusi resmi.
Sebanyak 63.170 narapidana mendapatkan pengurangan pidana (remisi) khusus Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah kali ini.
"Selain menjadi momen kemenangan untuk seluruh umat muslim, hari suci ini juga menjadi hadiah yang sangat dinanti bagi sebagian besar warga binaan beragama Islam," kata Kepala Bagian Humas Ditjen PAS M. Akbar Hadiprabowo.
Pemberian Remisi atau pengurangan masa pidana diberikan kepada narapidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3614) dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Remisi Khusus Idul Fitri diberikan kepada narapidana beragama Islam, yang telah memenuhi persyaratan administratif dan substantif, di antaranya persyaratan telah menjalani pidana minimal 6 (enam) bulan dan tidak terdaftar pada register F (buku catatan pelanggaran disiplin narapidana), serta aktif mengikuti program pembinaan di lapas / rutan.
Remisi Khusus Hari Raya ini terdiri dari dua kategori, yaitu Pertama, Remisi RK-1 diberikan kepada narapidana yang setelah mendapatkan Remisi Khusus masih menjalani sisa pidana, sebanyak 62.470 orang, Kedua, Remisi RK-2 diberikan kepada narapidana yang langsung bebas pada saat pemberian Remisi Hari Raya Idul Fitri, yang pada tahun ini berjumlah 700 orang.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, jumlah narapidana yang mendapatkan remisi mengalami kenaikan.
Pada 2015 narapidana yang mendapatkan Remisi Khusus Idul Fitri sejumlah 54.434 orang dari total penghuni 174.798 saat itu.
Narapidana yang mendapatkan Remisi Hari Raya Idul Fitri terbanyak berasal dari Kantor Wilayah Sumatera Utara, sebanyak 6.765 narapidana (RK-1: 6.658 orang dan RK-2: 107 orang. Sedangkan di urutan kedua Kantor Wilayah Jawa Barat, sejumlah 5.915 narapidana ( RK-1: 5.852 orang dan RK-2, 63 orang ). Di posisi ke-3 ditempati Kantor Wilayah DKI Jakarta dengan 5.628 narapidana (RK-1: 5.566 orang dan RK-2: 62 orang).
Sementara itu laporan dari berbagai lembaga zakat menunjukkan bahwa semangat berbagi di kalangan umat Muslim sekalipun belum optimal namun masih terjaga.
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) tingkat kabupaten/kota di Jawa Barat, misalnya, berhasil menghimpun zakat fitrah yang dikonversi dengan uang sebesar Rp214,636 miliar. Sementara itu Masjid Agung Al Azhar menerima zakat maal sebesar Rp18 miliar.
Hari kemenangan telah tiba. Hari kemenangan telah dirayakan. Pertanyaannya kini adalah lalu apa. Apa langkah warga dan bangsa ini setelah kemenangan?
Oleh Gusti NC Aryani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016