Padang (ANTARA News) - Kedatangan Presiden Jokowi bersama ibu negara Iriana Jokowi, serta didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono ke Padang pada 4-6 Juli tersebut diisi sejumlah kegiatan dan puncaknya merayakan Idul Fitri 2016.

Bagi warga Sumbar berlebaran bersama orang nomor satu di negeri ini adalah barang mahal karena untuk bisa menikmatinya harus berangkat ke Jakarta.

Hal itu dapat dimaklumi karena selama ini saat perayaan hari besar umat Islam, Kepala Negara biasanya berada di Istana Negara menerima tamu-tamu penting.

Baru pada era Presiden Jokowi dimulai tradisi baru, Kepala Negara berlebaran bersama masyarakat di daerah, yang pada 2015 dirayakan di Aceh.

Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno yang memintanya agar berlebaran di Ranah Minang.

"Tahun lalu diminta Pak Gubernur. Saya sudah janji, ya didatangi," kata Jokowi usai menunaikan Shalat Tarawih di Masjid Nurul Iman Padang.

Setelah membagikan sembako pada lima lokasi di Padang dan Kabupaten Padangpariaman, sehari sebelumnya, Presiden melaksanakan Shalat Idul Fitri di halaman Masjid Raya Sumbar.

"Dulu berangkat dengan pesawat pergi bekerja di luar negeri, ini sejarah baru di Sumbar Presiden Jokowi shalat Idul Fitri di sini," ucap Gubernur Irwan membawakan pantun sebelum shalat dimulai.

Menurutnya kehadiran presiden untuk berlebaran di Padang merupakan suatu kehormatan karena belum pernah ada Kepala Negara yang Lebaran di daerah.

"Penumpang berjubel naik kereta, membawa koper sambil berlari, masyarakat Sumbar bersuka cita, Presiden Jokowi Idul Fitri di sini," lanjut Irwan berpantun.

Ia berharap silaturahim masyarakat Sumbar dengan Presiden akan semakin baik dan kehadiran Presiden merupakan bentuk kebersamaan dalam mewujudkan kesalehan sosial seorang pemimpin.

Irwan mengatakan kedatangan Presiden juga menepis pandangan banyak pihak yang menyatakan ketika Jokowi kalah Pilpres lalu di Sumbar, maka pemprov akan sulit berkomunikasi dengan pemerintah pusat.

"Pandangan seperti itu keliru, buktinya sejak menjabat sampai sekarang, Presiden sudah tiga kali ke Sumbar," katanya.

Sejak pagi pukul 06.00 WIB ribuan masyarakat telah memadati Masjid Raya guna melaksanakan Shalat Idul Fitri bersama Presiden.

Salah seorang warga Padang, Hasan, mengaku berangkat dari rumahnya pukul 05.30 WIB ke Masjid Raya agar bisa shalat bersama Presiden.

Bersama anak dan istri ia mengendarai sepeda motor dari rumah di kawasan Lubuk Kilangan menuju Masjid Raya Sumbar.

Tepat pukul 07.15 WIB Presiden beserta rombongan tiba di Masjid Raya. Terlihat hadir putra dan putri Presiden, Kaesang Pangarep serta Kahiyang Ayu.

Memakai baju muslim putih dengan balutan jas abu-abu serta sarung berwarna cokelat muda dan peci hitam, mantan Gubernur DKI Jakarta itu kembali menjadi pusat perhatian warga yang terlebih dahulu hadir di masjid.

Dalam rangkaian shalat Idul Fitri, bertindak selaku imam shalat adalah Indra Hadi dan khatib Urwatul Wusqa.

Usai melaksanakan shalat, warga berhamburan ke arah Presiden yang shalat pada barisan pertama untuk bersalaman.

Kendati paspamres telah membuat barikade tidak mengurangi antusias warga untuk melihat langsung dan berjabat tangan dengan Presiden.

Presiden Jokowi yang juga didampingi Ketua DPD RI Irman Gusman dan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno tetap berusaha memenuhi permintaan masyarakat yang hendak bersalaman.

Tidak hanya bersalaman ratusan warga pun terlihat menyiapkan kamera telepon seluler untuk mengabadikan gambar Presiden.

Usai shalat Presiden beserta rombongan langsung menuju lantai dua Masjid Raya.

Saat meniti tangga menuju lantai dua Presiden melambaikan tangan kepada warga yang berada di lapangan.

"Pak Presiden lihat sini," teriak warga bersahut- sahutan.

Pengamat politik dari Universitas Andalas (Unand) Padang Edi Indrizal membantah pandangan yang menyatakan kedatangan Presiden berlebaran di Padang adalah politik pencitraan dikaitkan dengan hasil Pemilu Presiden 2014 di Sumbar.

Memang pada pilpres lalu calon presiden Prabowo Subianto mendominasi perolehan suara di Ranah Minang, mencapai 72, 9 persen dan Jokowi-JK hanya 23,1 persen.

Ia menganalisis Presiden memilih Lebaran di Sumbar karena Idul Fitri adalah perayaan agama Islam yang terbesar sepanjang tahun dan Sumbar merupakan daerah kantong Islam penting di Nusantara.

Menurut Edi, Presiden juga sedang mengirim sinyal bahwa ia tidak pernah dendam dengan Sumbar dan perhatiannya pada pembangunan daerah ini tetap tinggi.

"Presiden hendak menyampaikan pesan agar pemerintah daerah serius, jangan main-main mengurus pembangunan, jangan banyak bicara atau debat saja, ini saya tunjukkan saat Lebaran pun disempatkan pantau langsung perkembangan pembangunan nasional di daerah," ujarnya.

Ia mengatakan melalui momentum kunjungan Presiden ke Sumbat para pejabat publik, birokrat dan seluruh aparatur negara dapat mengambil pembelajaran berharga di Ramadhan dan Idul Fitri ini agar ke depan lebih serius lagi melayani publik.

"Tunjukkan kerja dan prestasi yang dirasakan langsung oleh rakyat, tidak korupsi, tidak pencitraan, tidak suka numpang nama tanpa kerja keras untuk daerah, dan lebih penting adalah kreatif dan inovatif memanfaatkan modal sosial budaya, "katanya.

Terkait cukup mesranya hubungan Presiden dan Gubernur Sumbar yang secara politik amat berbeda, Edi menilai itu adalah hubungan struktural antara pemerintah pusat dengan daerah.

"Presiden dari PDI Perjuangan, Gubernur Sumbar PKS, sangat beda historis dan ideologi politiknya, namun di sini menariknya," kata dia.

Sedangkan terkait rendahnya kepuasan orang Minang terhadap kinerja pemerintahan Jokowi berdasarkan hasil survei yang dirilis Indikator Politik Indonesia beberapa waktu lalu, apakah dengan kunjungan tersebut akan mengubah persepsi, Edi menilai tidak akan berpengaruh banyak.

"Ada sedikit efek sangat mungkin, tapi tidak akan mengubah secara signifikan. Soal pilihan Presiden sesungguhnya tidak hanya terkait faktor figur semata," kata dia.

Oleh Ikhwan Wahyudi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016