"Dengan Lebaran seperti sekarang ini, saya berharap bukan sekedar seremonial tahunan, sekedar ramai-ramai pulang kampung, tetapi betul-betul dijadikan momentum bagaimana sesuai makna Idul Fitri, kembali pada fitrah, sebagai muslim," kata dia di Jakarta, Rabu.
Sebagai muslim, hendaknya dihadirkan sosok diri yang yang membawa keunggulan, kemajuan dan kemartabatan.
"Bukan muslim yang radikalis, teroris, liberalis, tetapi muslim yang rahmatan lil alamin. Muslim yang membawa pada keunggulan, kemajuan dan kemartabatan," tutur dia.
Kemudian sebagai bagian dari bangsa Indonesia, masyarakat selayaknya rukun, cinta negara dan mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat.
"Sebagai bangsa Indonesia, kita bangsa yang guyub, rukun, gotong royong, religius, mengutamakan musyawarah, yang cinta negara, itu fitrah kita.
Jadi jangan sesudah Idul Fitri, tidak cinta negara. Itu tidak kembali pada fitrah," kata Hidayat.
Dia menambahkan, bagi penyelenggara negara, hendaknya Idul Fitri menjadi momen mengingatkan diri untuk melaksanakan tugas sesuai amanah, sehingga tak ada celah bagi perilaku korupsi.
"Lalu bagi penyelenggara negara, fitrahnya penyelenggara negara adalah sesuai dengan sumpah jabatannya, melaksanakan tugas sesuai amanah, secara sungguh-sungguh, bertanggung jawab dan tentu karenanya tidak korupsi. Kalau ini dihadirkan secara kuat, maka Insya Allah menjadi bagian dari mengkoreksi perilaku korektif di banyak tempat," kata dia.
Momen Idul Fitri bagi penyelenggara negara adalah mengingatkan kembali ketika disumpah jabatan dan melaksanakan itu. Kalau itu terjadi tidak akan malas2, korupsi, menghadirkan Indonesia dengan cita-cita proklamasi,
Pewarta: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016