Jakarta (ANTARA News) - Ratusan nelayan asal Indonesia yang bekerja di kapal pencari ikan di Taiwan menyempatkan diri melaksanakan shalat Idul Fitri, Rabu, sebelum melaut.
"Ada sekitar 600 nelayan yang masih bisa ikut shalat Id di sini," kata Dian Ramadani, selaku pengurus Forum Silaturahmi Pelaut Indonesia, mengenai shalat Idul Fitri di Masjid An Nur di Pelabuhan Donggang, Kabupaten Pingtung, saat dihubungi dari Jakarta.
Di Donggang, kota pelabuhan terbesar di Taiwan selatan itu terdapat sekitar 1.000 orang nelayan asal Indonesia yang bekerja di kapal-kapal pencari ikan milik warga setempat.
Shalat Id yang diimami dan dikhotibi seorang nelayan tersebut dimulai pada pukul 06.45 waktu setempat (05.45 WIB).
Para nelayan di Donggang menyulap lantai dua tempat penampungan mereka sebagai masjid. Selain untuk beribadah, masjid itu dimanfaatkan sebagai madrasah para nelayan yang mayoritas berasal dari pesisir utara Pulau Jawa itu.
Sementara itu, shalat Ied di Pelabuhan Nanfang Ao, Kabupaten Yilan, diikuti sedikitnya 700 orang nelayan Indonesia.
"Alhamdulillah, hari ini banyak kapal yang sandar. Jadi, jumlah jemaah lebih banyak dibandingkan tahun lalu," kata Basir selaku panitia penyelanggara shalat Idul Fitri di tempat pelelangan ikan Pelabuhan Nanfang Ao, yang berjarak sekitar 100 kilometer sebelah utara Ibu Kota Taiwan, di Taipei itu.
Selain di kedua tempat tersebut, para nelayan Indonesia di Pulau Penghu dan Kabupaten Taitung juga menggelar shalat Id sebelum menjalankan aktivitas sehari-hari.
Halaman Stasiun Utama Taipei masih menjadi tempat favorit penyelenggaraan shalat Ied para warga negara Indonesia yang beragama Islam.
Sedikitnya 3.500 WNI melaksanakan shalat Id yang diselenggarakan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Taiwan dan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di poros transportasi tersibuk di Taiwan itu.
Shalat yang digelar dalam tiga gelombang itu dimulai pada pukul 06.30 waktu setempat dan masing-masing gelombang berlangsung sekitar satu jam, termasuk persiapan dan pembacaan khutbah.
"Tahun ini majikan memberikan izin lebih lunak. Kalau dulu saat Lebaran tidak jatuh pada hari MInggu, para TKI, khususnya yang perempuan hanya diberikan izin tidak masuk kerja setengah hari atau bahkan ada yang hanya diizinkan hanya waktu shalat," kata Ketua PCI Fatayat NU, Tarnia Tari.
Demikian pula pada bulan puasa, para TKI mendapat perhatian dengan memberikan waktu istirahat kerja lebih lama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Besarnya perhatian majikan terhadap para TKI dalam menjalankan ibadah dilatarbelakangi oleh imbauan pemerintah Taiwan melalui Perhimpunan Muslim China.
Pewarta: M Irfan Ilmie
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016