Dalam serangkaian bom bunuh diri yang mematikan tahun ini di Turki, para penyerang menyasar bandara yang sibuk, simbol peran Istanbul sebagai kota paling terbuka dan kosmopolitan dunia Muslim, sebuah persimpangan antara Eropa dan Asia.
Tiga pembom melepaskan tembakan untuk menciptakan kepanikan di luar bandara pada Selasa malam, sebelum mereka berdua sampai di dalam dan meledakkan diri. Dua ratus tiga puluh sembilan orang terluka, kata para pejabat, memberikan laporan lengkap mengenai pertumpahan darah.
Perdana Menteri Binali Yildirim mengatakan, para penyerang menembak secara acak untuk mengatasi pemeriksaan keamanan di terminal internasional bandara Ataturk. Satu meledakkan dirinya di terminal keberangkatan, yang kedua di terminal kedatangan, dan yang ketiga di luar.
Pihak berwenang mengatakan pada Rabu bahwa 41 orang tewas. Angka ini sekarang diyakini 42 setelah kantor berita Turki yang dikelola negara, Anadolu, melaporkan seorang wanita yang terluka telah meninggal.
"Pikiran kita mengenai mereka yang bertanggung jawab atas serangan tertuju pada Negara Islam," kata Yildirim dalam konferensi pers di ibukota Ankara, menambahkan bahwa penyelidikan harus diselesaikan dalam beberapa hari mendatang dan identitas para pelaku bom terungkap.
Seorang pejabat AS, yang berbicara meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan badan-badan intelijen AS tidak memiliki bukti yang cukup untuk menyimpulkan dengan pasti bahwa ISIS yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Tapi pejabat itu menambahkan bahwa pihak berwenang Turki yang memimpin dalam penyelidikan mungkin memiliki bukti yang belum diketahui Amerika Serikat.
Turki adalah bagian dari koalisi militer pimpinan AS melawan ISIS dan rumah bagi sekitar 3 juta pengungsi dari perang saudara lima tahun di negara tetangga Suriah.
Erdogan, yang pemerintahnya telah mengambil langkah-langkah minggu ini untuk memperbaiki hubungan dengan Israel dan Rusia sedang berupaya memperkuat posisinya dalam memerangi militan, mengatakan bawha serangan itu harus menjadi titik balik perang global melawan terorisme, yang katanya "tidak berkaitan dengan iman atau nilai-nilai".
Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk serangan dalam pembicaraan telepon secara terpisah dengan Erdogan.
Obama, pada pertemuan puncak Amerika Utara di Ottawa, Kanada, mengatakan Amerika Serikat telah menawarkan semua bantuan yang tersedia untuk Turki dan berjanji untuk bekerja dengan Ankara untuk melawan terorisme, demikian Reuters melaporkan.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016