"Sebagaimana diketahui beberapa waktu lalu telah dilakukan upaya penangkapan kepada mereka yang diduga jaringan teroris, misalnya yang terakhir kemaren di Surabaya. Ini kami masih lakukan pendalaman," kata Agus saat konferensi pers di kantor Mabes Polri, Jakarta, Selasa.
Pihaknya juga menunggu hasil dari tim Disaster Victim Identification (DVI) dan laboratorium forensik (labfor) Polri sehingga bisa menentukan dari kelompok mana terkait bom bunuh diri tersebut.
Ia juga menyatakan pihaknya telah menginformasikan beberapa waktu lalu bahwa semula ancaman teroris adalah lokasi dan hal-hal yang berbau asing, namum belakangan ada penambahan dan pergeseran termasuk aparat kepolisian.
"Kami sudah sampaikan ke jajaran kepolisian untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan. Tetapi itu tidak mengurangi layanan dan semangat kami kepada masyarakat," tuturnya.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat agar tidak khawatir dan berlebihan, namun tetap waspada.
"Tim DVI, Labfor, dan Densus 88 masih lakukan penyelidikan terkait semua hal dari peristiwa tersebut, baik jenis bom dan sifatnya," ucap Agus.
Peristiwa tersebut terjadi antara pukul 07.30 -07.40 WIB ketika seorang pengendara sepeda motor memasuki halaman Polresta Solo dan diberhentikan anggota provost yang sedang bertugas dan tidak lama kemudian terjadi ledakan.
Akibat peristiwa tersebut, pengendara sepeda motor diduga sebagai pelaku meninggal dunia.
Sementara itu, Brigadir Bambang Adi Cahyanto yang bertugas mengalami luka di mata sebelah kiri dan luka bakar di bagian tubuh dan saat ini dirawat di salah satu rumah sakit di Solo.
Olah TKP masih berlangsung dan ditemukan beberapa material yang diduga digunakan pada bom yang meledak antara lain beberapa gotri, serpihan benda lain, dan juga bekas-bekas mesiu akibat ledakan.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016