Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah telah meminta PT Pertamina (Persero) membentuk konsorsium dengan perusahaan lain dalam pengelolaan Blok Natuna D Alpha di Kepulauan Riau.
Deputi Menneg BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi, dan Pertambangan Roes Ariawijaya dalam rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin mengatakan, Pertamina memerlukan mitra strategis yang memiliki kemampuan teknologi dan dana besar dalam pengelolaan blok dengan cadangan gas cukup besar tersebut.
"Pertamina tidak bisa sendiri. Kami telah minta Pertamina membentuk konsorsium agar dapat menurunkan risiko," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Dirut Pertamina Ari Soemarno meminta, pemerintah memberi kesempatan kepada Pertamina menjadi operator dengan kepemilikan yang dominan dalam konsorsium pengelola Blok Natuna.
"Pertamina tidak hanya menginginkan saham 50 persen, namun juga menjadi
leader dalam konsorsium, sehingga kami dapat mengendalikan blok tersebut," katanya.
Terkait dengan itu, lanjutnya, pihaknya telah meminta pemerintah menunjuk Pertamina sebagai wakil dalam perundingan dan membuat kesepakatan baru tentang model pengelolaan dan pembagian keuntungan dengan mitra strategis.
"Hal ini merupakan upaya mengoptimalkan pendapatan negara sekaligus memberi peluang kepada Pertamina menjadi perusahaan besar di kawasan Asia," katanya.
Di tempat terpisah, perusahaan migas asal Perancis, Total EP Indonesia juga menyatakan minatnya memiliki Blok Natuna D-Alpha.
Presiden Direktur Total EP Indonesie Phillipe Armand mengatakan, Blok Natuna dengan cadangan besar merupakan wilayah migas yang menarik.
"Namun, pengembangannya tidak bisa sendiri. Harus bersama dengan perusahaan lain," katanya.
Cadangan gas Blok Natuna D Alpha memang cukup besar mencapai puluhan triliun kaki kubik.
Namun, dengan kandungan CO2 yang tinggi memerlukan teknologi dan biaya besar.
Diperkirakan, investasi awal yang diperlukan mencapai 20 miliar dolar AS. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007