Rancangan tersebut, yang berlaku pada 1 Juli, adalah bagian dari upaya kesadaran lebih besar mengenai lingkungan hidup di seluruh negeri itu untuk melakuka penghijauan.
Setelah meluncurkan proyek energi terbarukan secara luas, Marokko meluncurkan tugas yang lebih menantang, yaitu memperingatkan rakyat Marokko agar tidak menggunakan tas plastik --yang memerlukan ratusan tahun untuk hancur.
Peraturan tersebut tampaknya tepat pada waktunya sebab kerajaan itu ditempatkan sebagai konsumen tas plastik terbesar di Afrika dan kedua di dunia setelah Amerika Serikat, demikian laporan Xinhua .
Juru kampanye hijau mengatakan konsumen di negeri tersebut munking memerlukan waktu bertahun-tahun untuk sepenuhnya mematuhi peraturan baru itu. Namun Kementerian Perindustrian menjelaskan di dalam satu pernyataan akan ada beberapa pilihan yang tersedia setelah pemberlakuan larangan tersebut. Kementerian itu menyebutkan penggunaan kertas dan tekstiel.
Marokko ditempatkan bersama Kosta Rika, Bhutan dan Ethiopia sebagai salah satu negara paling hijau, fakta yang sebagian disebabkan sasaran ambisiusnya untuk menindak buangan karbon.
Kota Marrakesh di Marokko dijadwalkan menjadi tuan rumah Konferensi Ke-22 Semua Pihak bagi Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (COP 22) pada November tahun ini.
(C003)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016