Palembang (ANTARA News) - Wajah Jalan Lintas Pantai Timur (Jalinpantim) Sumatera kini tak lagi bak "si buruk rupa" seperti yang dirasakan para pemudik pada Lebaran 2013 akibat mudahnya ditemukan kondisi jalan yang rusak berat di jalur alternatif ini.
Kondisi Jalinpantim yang menghubungkan Pasirruan, Ketapang, Umbulan Sumurkucing, Umbulan Labuhan Ratu, Labuhan Maringgau, Way Jepara, Sukadana, Purbolinggo Seputihbanyak, dan simpang tiga Menggala menuju Palembang itu kini memanjakan mereka.
Dengan kondisi jalan berkonstruksi beton dan beraspal yang 80 persennya mulus dan 20 persen sisanya bervariasi dari permukaan jalan yang tak rata akibat tambalan dan bergelombang serta jalan yang sedikit berlubang di beberapa titik itu, para pemudik berkendara roda dua maupun empat tidak lagi repot selama perjalanan.
Sebagai jalur alternatif untuk menghindari kepadatan arus kendaraan di ruas utama jalan lintas Sumatera (Jalinsum) yang menghubungkan Bakauheni-Kalianda-Bandar Lampung-Terbanggi Besar-Menggala itu, suasana Jalinpantim lebih sepi. Setidaknya situasi demikian dirasakan Antara ketika melintasi jalur tersebut pada Sabtu (2/7).
Akibatnya, para pemudik berkendara mobil pribadi sering mendapat momentum untuk dapat memacu kendaraanya dengan kecepatan antara 80 kilometer hingga 110 kilometer per jam di tengah kondisi jalan yang baik dan sepi dari kepadatan truk dan bus penumpang antarprovinsi yang kerap meramaikan ruas utama Jalinsum.
Namun kondisi Jalinpantim yang serasa memanjakan para pemudik berkendara roda dua dan empat pada H-4 Lebaran 2016 itu tidak dirasakan penulis tatkala melewati rute yang sama pada H-5 Lebaran 2013.
Ketika itu, sangat mudah menemukan jalanan berlubang dan bergelombang hingga rusak parah ratusan meter dengan lubang-lubang besar dan berlekuk dalam yang merata di hampir semua badan jalan dan bahu jalan di banyak titik.
Di jalur Jalinpantim menjelang Lebaran tiga tahun lalu itu, kehati-hatian dan kewaspadaan ekstra para pemudik akibat banyaknya sebaran kondisi jalan yang rusak ringan hingga parah sangat diperlukan.
Sikap yang ekstra hati-hati itu antara lain diperlukan saat melintasi ruas jalan di KM 35 (dari Bakauheni-red.) karena ada pengaspalan yang belum selesai serta di KM 61, 73, 77, 79, 85, dan 164 karena kondisi jalan yang rusak parah.
Di ruas jalan KM 61 misalnya, para pemudik dihadang jalan berbatu-batu sepanjang 300 meter sedangkan di KM 164, jalan dengan kondisi kerusakan parah sepanjang 100 meter juga menghadang. Ruas jalan yang rusak parah itu berada di depan Pos Pengamanan Teluk Dalam.
Kehati-hatian dan kalkulasi yang tepat dari para pemudik berkendara mobil pribadi ketika itu tidak hanya diperlukan dalam menyiasati kondisi jalan tetapi juga dibutuhkan untuk mengantisipasi ketersediaan BBM jenis premium di tanki mobil karena tidak setiap SPBU yang berada di Jalinpantim itu memiliki stok BBM.
Namun semua kondisi buruk di Jalinpantim Sumatera pada arus mudik dan balik Lebaran 2013 yang merepotkan banyak pemudik itu kini hanya tinggal kenangan.
Bahkan, stok BBM jenis Premium dan Pertalite pun kini mudah ditemukan di SPBU-SPBU yang tersebar di sepanjang jalur alternatif ini.
Bagi pemudik yang memerlukan SPBU dengan fasilitas kamar mandi bertoilet yang bersih dan mushalla yang terawat baik serta stok air keran yang memadai, sebuah SPBU yang berada di Desa Bumi Tinggi, Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten Lampung Timur, bisa menjadi pilihan.
Di SPBU yang berjarak 124 kilometer dari Pelabuhan Bakauheni itu, mereka bebas beristirahat dan bahkan mandi tanpa dipungut biaya alias gratis. Pengelola SPBU ini hanya menempatkan satu kotak amal tanpa ditunggui petugas di dekat pintu toilet.
Di tengah kondisi Jalinpantim Sumatera yang kini tak lagi "si buruk rupa" seperti pada arus mudik dan balik Lebaran 2013 itu, kehati-hatian dalam berkendara tetap diperlukan saat melintasi jalur alternatif yang menyuguhkan pemandangan variatif mulai dari hamparan sawah yang hijau hingga kebun tebu ini.
Mengapa? Karena kondisi jalan yang baik dan tidak ramai itu, banyak pemudik berkendara mobil pribadi yang termotivasi untuk memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi padahal di beberapa tempat, terdapat penyempitan jalan maupun perempatan yang biasa dilalui warga setempat untuk menunjang mobilitas mereka.
Para pemudik berkendara mobil pribadi dan sepeda motor yang melintasi ruas alternatif ini sudah semestinya mengingat pesan spanduk yang dipasang kepolisian setempat di sejumlah titik strategis Jalinpantim Sumatera: "Ngebut Berarti Maut".
Pewarta: Rahmad Nasution
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016