Jakarta (ANTARA News) - Uskup Belo menyerukan rakyat Timor Leste untuk melakukan rekonsiliasi demi terciptanya perdamaian di negara itu. "Sebagai orang Timor Leste saya katakan rekonsiliasi sangat baik dan harus dimulai dari orang Timor Leste sendiri," katanya saat memberikan keterangan pada dengar pendapat ke-2 Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) RI-Timor Leste, di Jakarta, Senin. Ia mengatakan, perselisihan antara orang Indonesia dan orang Timor telah terjadi sejak 1975 hingga 1999 dan menimbulkan banyak sekali korban dari kedua belah pihak, sebagian besar bangunan, kampung, dan prasarana hancur, terjadi penangkapan, penahanan, pembunuhan dan peperangan. "Banyak orang Indonesia yang mati demi membela kepentingan negaranya, banyak pula orang Timor yang telah mati karena kehendak politiknya dan untuk orang Timor, juga demi membela negaranya," katanya. Uskup Belo yang kini menetap di Mozambik sebagai misionaris itu mengatakan untuk menumbuhkan semangat rekonsiliasi rakyat Timor Leste, diperlukan sikap yang sama (rekonsiliasi, red) dari para pemimpin-pemimpin politik Timor Leste. Ia menilai sikap para pemimpin itu akan berpengaruh pada rakyat. Dengan adanya sikap saling pengertian dan saling menerima, diharapkan proses perdamaian dapat terwujud. Rekonsiliasi, lanjutnya, tidak hanya dilakukan warga Timor Leste yang bermukim di negeri itu saja, tetapi juga warga Timor Leste yang kini berada di Indonesia. "Rekonsiliasi juga dilakukan dengan orang Timor Leste yang tinggal di luar (negara ini, red) terutama tokoh-tokohnya," kata pria yang yang pernah menjadi Uskup Timor Timur pada periode 1988-1996. Selain menyerukan rekonsiliasi rakyat Timor Leste, Uskup Belo juga mengajak warga Timor Leste yang telah memilih Indonesia untuk memulai babak baru dan meninggalkan masa lalu. "Saya ada di belakang Anda," katanya. Uskup Belo datang ke Indonesia dalam rangka menghadiri undangan KKP Indonesia-Timor Leste yang meminta pendapatnya terkait pengungkapan kebenaran akhir berkenaan dengan tindak kekerasan sebelum dan sesudah jajak pendapat di Timor-Timur (kini Timor Leste) pada 1999. Sejak menduduki jabatannya sebagai Administrador Apolistik Diosis Dili pada dekade 1980-an, Uskup Belo dikenal dikenal sangat vokal dalam menyuarakan tindakan pelanggaran HAM yang dilaporkan terjadi di Timor timur melalui khotbah-khotbah dan surat pastoral yang dikeluarkannya. Berkaitan dengan insiden kekerasan HAM pada 1999, ia memiliki banyak informasi tentang kejadian di seputar Dili, terutama hal-hal yang berhubungan dengan kasus penyerangan kediaman Manuel Carrascalao (17 April 1999), kasus penyerangan Diosis Dili (5 September 1999), dan kasus penyerangan kediamannya (6 September 1999). Kini Uskup Belo meneruskan aktivitasnya sebagai misionaris di Mozambik. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007