Jakarta (ANTARA News) - Deputi Bidang Statisitik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan kenaikan laju inflasi yang moderat pada Juni menjadi sebesar 0,66 persen mencerminkan konsumsi masyarakat telah pulih dan cenderung akan meningkat pada sisa tahun.
Sasmito di Jakarta, Jumat, mengatakan kenaikan konsumsi masyarakat terlihat dari kenaikan laju inflasi pada seluruh kelompok pengeluaran.Hal itu juga ditopang meningkatnya keyakinan masyarakat, dan upaya mitigasi dari pemerintah dalam menjaga stabilitas harga barang.
"Masyarakat tidak khawatir meningkatkan konsumsi karena harga barang relatif stabil, jika ada kenaikan tidak tajam," ujarnya.
Sasmito menyebut kenaikan inflasi pada Juni dibanding Mei 2016, dan juga periode sama pada 2014 dan 2015 merupakan kenaikan yang moderat, dalam artian menujukkan peningkatan namun tidak terlalu tinggi.
"Jika sampai 1 persen, tidak baik. Namun, inflasi ini, memperlihatkan rata-rata kenaikan harga mampu dihadapi oleh masyarakat," ujar dia.
Jika dibandingkan dengan inflasi Juni pada dua tahun terakhir, Sasmito mengakui inflasi Juni 2016 merupakan yang tertinggi. Inflasi Juni pada 2014 sebesar 0,43 persen dan inflasi Juni 2015 sebesar 0,54 persen.
Namun, Sasmito menganggap kenaikan inflasi pada Juni 2016 ini lebih karena seebagian momentum Ramadan berada pada Juni. Sedangkan, pada Juni 2014 dan 2015, momentum Ramadan tersebar merata antara Juni dan Juli 2016.
Dampak dari inflasi Juni 2016 ini, kata Sasmito akan berlanjut pada Juli nanti, ketika tren konsumsi tinggi pada Idul Fitri dan musim liburan.
Namun, menurutnya, meskipun ada kenaikan, inflasi Juli 2016 tidak akan menyentuh 1 persen asalkan pemerintah mampu menjaga stabilitas harga.
Sasmito memandang laju inflasi hingga akhir tahun masih akan terkendali dan berada dalam rentang proyeksi pemerintah dan Bank Indonesia di rentang 3-5 persen.
Adapun, dengan inflasi Juni 0,66 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-Juni 2016 sebesar 1,06 persen dan laju inflasi dari tahun ke tahun (year on year/yoy) mencapai 3,45 persen.
Tekanan Berkurang
Lebih lanjut ia mengatakan, tekanan inflasi pada sisa tahun 2016 akan berkurang.
Musim kemarau basah atau fenomena La Nina, ujarnya, sebaiknya dimanfaatkan pemerintah untuk mendorong petani agar meningkatkan produksi.
"Yang asalnya kemarau sekarang jadi hujan, seharusnya musim panen April kemarin bisa berlanjut terus hingga menyambung nanti ke September," ujar dia.
Hal tersebut, menurut dia, dapat mengurangi tekanan dari kelompok harga bahan makanan bergejolak. Di sisi lain, tekanan dari harga barang yang diatur pemerintah sudah dapat diantisipasi hingga akhir tahun.
Dengan inflasi yang terjaga, kata dia, konsumsi masyarakat juga akan pulih dan pada akhirnya dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016