Makassar (ANTARA News) - Bencana yang beruntun dengan berbagai bentuknya, menurut Prof Idrus Patturusi, telah menempatkan Indonesia bagaikan "supermarket bencana". Belum selesai bencana yang satu, muncul lagi bencana yang lainnya.
"Karena itu, sebagai tenaga bantuan bencana, setiap saat, diminta atau tidak, harus siap," kata Prof. DR dr Idrus A. Paturusi, Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), saat memberikan pembekalan kepada 26 orang peserta Pendidikan Dasar Korps Sukarelawan Palang Merah Indonesia (PMI) Unhas, ahkir pekan lalu.
Guru Besar ilmu kedokteran Unhas kelahiran Makassar pada 31 Agustus 1950 tersebutselama ini dikenal "kenyang" menghadapi berbagai tugas sosial menangani korban bencana alam. Ia pun menilai, yang penting dalam kerja kemanusiaan seperti itu adalah keikhlasan.
"Kalau kita ikhlas, maka terjun dalam pekerjaan menangani bencana memiliki kenikmatan tersendiri karena dapat menolong sesama," kata Koordinator Medis penanganan korban bencana alam tsunami di Aceh bulan Desember 2004 itu.
Idrus, yang Koordinator Bencana Indonesia Timur, menambahkan bahwa posisi Indonesia berada pada lempengan Asia Australia, sehingga sangat rentan terhadap gempa dan tsunami. Lempengan-lempengan itu, katanya, jika bergeser berpotensi menimbulkan gempa bumi dan tsunami.
"Kita harus mampu menangani kejadian-kejadian kecil, sebab kalau yang kecil saja tidak mampu, bagaimana menghadapi musibah besar. Bencana itu bisa datang tiap saat," kata mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unhas yang menjabat Rektor Unhas sejak 7 Pebruari 2007 itu.
Dalam menangani bencana, semua tenaga sukarelawan disyaratkan memiliki kemampuan menangani kegawatdaruratan serta menimilasasi risiko yang timbul.
Oleh karena itu, pelatihan-pelatihan menangani bencana perlu diperluas tidak hanya kepada para sukarelawan PMI, tetapi juga kepada setiap orang yang mau terlibat dalam aksi sosial saat bencana terjadi, kata Ketua Ikatan Keluarga Dokter Ahli Bedah Orthopedi Indonesia tersebut. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007