Pengembangan pemain muda kemungkinan besar terdampak Brexit
Jakarta (ANTARA News) - Keputusan rakyat Inggris keluar dari Uni Eropa akan serta merta mengubah wajah ekspor olah raga paling berhasil di negeri itu jika para pemain luar Inggris tidak lagi mudah bergabung dengan Liga Inggris.
Sejak direvitalisasi pada 1990-an dengan menyingkirkan budaya hooligan, sepak bola Inggris telah menjadi magnet untuk para pemain bintang dan biasa-biasa Eropa.
Berikut masalah-masalah yang bakal muncul dalam Liga Inggris setelah Brexit, dikutip dari New York Times:
Poundsterling tidak menentu
Inggris memang masih akan dalam Uni Eropa untuk dua tahun lagi. Namun dampak paling cepat terasa dari Brexit adalah fluktuasi mata uang negara itu.
Jatuhnya nilai sterling menguntungkan klub-klub Inggris, sebaliknya merugikan para pemain asing impor klub-klub Inggris.
Namun mengingat Juni ini masih berlangsung Piala Eropa yang relatif senyap dari kabar transfer pemain, maka poundsterling akan berbalik menguat begitu musim baru digelar Agustus mendatang dan ketika transaksi pemain dituntaskan.
Sebaliknya para pemain asal Inggris menjadi lebih murah untuk klub-klub luar Inggris. Kendati begitu sulit menarik pemain Inggris ke luar negeri karena besarnya gaji di Inggris, termasuk di klub-klub divisi dua.
Izin kerja
Anda tidak harus menjadi warga negara suatu negara dalam Uni Eropa untuk bisa bepergian bebas melintasi negara-negara Uni Eropa. Bahkan negara-negara Area Ekonomi Eropa (EEA) -Islandia, Liechtenstein dan Norwegia-, dan juga Swiss memiliki akses ke pasar tunggal Uni Eropa.
Sulit jika Anda tidak memiliki paspor Uni Eropa, EEA atau Swiss, khususnya karena syarat kelayakan yang lebih ketat untuk izin kerja di Inggris bagi para pemain sepak bola setahun silam.
Hanya para pemain dari 50 negara top anggota FIFA yang dipertimbangkan mendapatkan izin kerja, dengan skala tampil yang sudah dipangkas, dari 30 persen pertandingan selama dua tahun untuk 1-10 tim, sampai 75 persen untuk 31-50 tim.
Saat ini ada panel kekecualian di mana klub-klub bisa mempertanyakan mengapa jaminan visa dibutuhkan untuk pemain yang tidak memenuhi kriteria.
Bagi para pemain dari negara-negara Uni Eropa, akan banyak tergantung kepada hubungan dengan Inggris setelah keluar dari Uni Eropa, dan pada apakah pergerakan bebas warga Uni Eropa masih diberlakukan sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan yang lebih luas.
Bakat dalam negeri
Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) melihat potensi para pemain muda yang dikembangkan di negeri sendiri untuk menjadi pemain inti di Liga Inggris, dan untuk kemudian membesarkan tim nasional.
Namun Liga Utama Inggris menginginkan perlindungan statusnya sebagai kompetisi sepak bola domestik terkemuka di dunia. Ini karena kedayasaingannya dan skuad multinasionalnya.
Mengingat beberapa klub juga bermain di Eropa pada Liga Champions dan Liga Europa, klub-klub ini memerlukan bantuan pemerintah mengenai akses lebih mudah untuk pemain dari Eropa.
Jika Brexit meningkatkan jumlah pemain Inggris maka itu bagus, kata Greg Dyke, bos FA. "Tetapi Anda tidak ingin kehilangan para pemain terbaik Eropa yang datang ke sini."
FA netral dalam referendum Brexit, tetapi Liga Utama Inggris mendukung Inggris tetap dalam Uni Eropa.
"Kami adalah ekpspor global, kami menatap jauh," kata Richard Scudamore, kepala eksekutif Liga Utama Inggris. "Kami terbuka kepada dunia, dan kami berbisnis di seluruh dunia."
Pembibitan pemain
Dampak Brexit tak akan begitu terlihat pada satu dekade ini, tetapi beberapa waktu kemudian akan membuat klub-klub tidak lagi bisa mengontrak pemain muda usia 16-18 tahun dari seluruh penjura Eropa. Itu artinya, Arsenal tidak lagi bisa mendatangkan pemain seperti Cesc Fabregas (saat berusia 16 tahun) dari Barcelona pada 2003.
Para pemain remaja bisa dibeli dengan relatif murah oleh Inggris dengan kompensasi lebih rendah bagi tim-tim Eropa ketimbang membayar transfer fee.
Harapannya pemain-pemain itu masuk tim pertama atau menjadi asset untuk dijual.
Klub-klub seperti Chelsea juga memiliki mitra di Eropa, seperti Vitesse Arnhem di Belanda, untuk mengirimkan para pemain yang menjanjikan guna mendapatkan pengalaman. Itu akan menjadi lebih sulit lagi.
"Klub-klub Eropa bisa memiliki keuntungan kompetitif atas klub-klub Inggris ketika merekrut para pemain menjanjikan pada masa optimum, 16-18," kata Carol Couse, pengacara olah raga Mills & Reeve yang memberi saran kepada pemain dan klub.
Couse menambahkan, "Pengembangan pemain muda kemungkinan besar terdampak Brexit."
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016