Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Farial Anwar mengatakan rupiah seharusnya sudah dapat menembus level Rp9.100 per dolar AS, namun sampai saat ini masih belum terjadi, karena adanya hambatan di pasar.
"Meski demikian peluang rupiah untuk bisa menembus level Rp9.100 per dolar AS sangat besar, karena berbagai faktor sangat mendukung pergerakan mata uang itu. Diperkirakan pekan depan akan bisa berkisar antara Rp9.000 sampai Rp9.100 per dolar AS," katanya di Jakarta, akhir pekan ini.
Menurut Farial yang juga Ketua Management Currency Indonesia, kenaikan rupiah yang berlanjut itu didukung oleh faktor internal, antara lain masyarakat yang aktif menginvestasikan dananya baik di Surat Utang Negara (SUN), Obligasi Ritel Indonesia (ORI) maupun di pasar saham Indonesia, dan didukung tidak adanya gejolak politik di dalam negeri.
Pelaku lokal yang aktif bermain di ketiga instrumen pemerintah menarik pembelian rupiah, sehingga memberikan sentimen positif terhadap pergerakan rupiah.
Sedangkan faktor eksternal, sejumlah mata uang utama Asia cenderung menguat terhadap dolar AS, akibat masih belum redanya kekhawatiran pelaku asing terhadap prospek pertumbuhan ekonomi AS yang cenderung melambat, menyusul sejumlah indikator ekonomi AS kurang sesuai harapan seperti defisit transaksi berjalan yang terus membengkak dan merosotnya penjualan perumahan di AS, serta bank sentral AS (The Fed) yang tetap mempertahankan tingkat suku bunga ovenight.
Menurut Farial Anwar, faktor-faktor tersebut cukup kuat untuk memicu rupiah bisa menembus level Rp9.100 per dolar AS yang sampai saat ini terus memicu pergerakan rupiah.
Meski rupiah sempat terkoreksi, penurunannya relatif kecil. Kemungkinan ini hanya aksi "profit taking" (ambil untung) oleh pelaku pasar dalam jumlah yang kecil untuk mencari "gain" (keuntungan), setelah menguat tajam dalam beberapa hari ini, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007