"Ini adalah sesuatu yang tidak bisa saya komentari sekarang ini. Saya sudah melihat beberapa berita terkait mereka yang menginginkan referendum. Ini adalah hal yang akan diperdebatkan dan dibahas dalam politik Inggris," katanya pada konferensi pers di Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia, Jakarta, Sabtu.
Berdasarkan laporan Reuters, pada 24 Juni 2016 Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon mengatakan suatu referendum kemerdekaan Skotlandia kedua adalah "sangat mungkin".
Skotlandia dengan berpenduduk lima juta orang, secara tegas dengan suara mayoritas menyatakan tetap tinggal di Uni Eropa, yang bertentangan dengan Inggris yang menyatakan keluar dari Uni Eropa.
"Saya pikir referendum kemerdekaan sekarang sangat mungkin," ujarnya pada konferensi pers di Edinburgh.
Inggris Raya merupakan kesatuan yang terdiri atas Inggris, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara.
Sementara itu, posisi rakyat Inggris yang menginginkan Inggris "tetap" bergabung dengan Uni Eropa tertinggal dari mereka yang ingin negaranya "keluar" dari Uni Eropa dengan selisih 21 juta suara saat dua pertiga hasil pemungutan suara terhitung pada Jumat pagi.
Total 11,590 juta orang memilih keluar dari Uni Eropa sementara 10,886 juta lainnya menyatakan ingin Inggris tetap menjadi bagian dari Uni Eropa.
Kemenangan telak bagi mereka yang menginginkan Inggris keluar dari EU terjadi di Sunderland, Wakefield, Luton, Swindon dan Kirkless.
Referendum Inggris keluar dari Uni Eropa itu dilakukan pada 23 Juni 2016.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016