"Warga Inggris kemarin telah memutuskan untuk merencanakan sebuah masa depan baru bagi negara kami, sebuah masa depan di luar institusi politik Uni Eropa. Seperti yang dikatakan oleh Perdana Menteri David Cameron kemarin, hasilnya sudah jelas dan aspirasi serta keinginan warga Inggris harus dihormati," katanya pada konferensi pers di Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia, Jakarta, Sabtu.
Dubes Moazzam mengatakan hasil referendum yang dilakukan di Inggris pada 23 Juni 2016 itu merupakan aspirasi dari seluruh masyarakat Inggris di mana pun berada.
"Siapapun yang memilih Inggris untuk tetap atau keluar dari Uni Eropa, sekarang saatnya kita kesampingkan perbedaan menuju sebuah persatuan dan kebersamaan, sambil kita mencerna lebih dalam implikasi serta mencari solusi ke depan," tuturnya.
Dubes Moazzam mengimbau agar semua pihak untuk tidak mempermasalahkan hasil referendum tersebut.
"Sangat penting untuk tetap tenang dan rasional serta menggunakan pikiran kita, tidak ada emosi," ujarnya.
Berdasarkan laporan Reuters, posisi rakyat Inggris yang menginginkan Inggris "tetap" bergabung dengan Uni Eropa tertinggal dari mereka yang ingin negaranya "keluar" dari Uni Eropa dengan selisih 21 juta suara saat dua pertiga hasil pemungutan suara terhitung pada Jumat pagi.
Total 11,590 juta orang memilih keluar dari Uni Eropa sementara 10,886 juta lainnya menyatakan ingin Inggris tetap menjadi bagian dari Uni Eropa.
Kemenangan telak bagi mereka yang menginginkan Inggris keluar dari EU terjadi di Sunderland, Wakefield, Luton, Swindon dan Kirkless.
Pewarta: Martha HS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016