Pekanbaru (ANTARA News) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Riau memantau peredaran vaksin palsu dengan menggandeng Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
"Sekarang pihak Dinkes sedang melakukan pantauan terhadap peredaran vaksin ini, secara resmi melalui surat kami telah menginstruksikan kepada dinkes kabupaten/kota untuk meninjau khususnya di Rumah Sakit (RS) tipe C swasta, klinik, apotik dan praktek dokter mandiri," kata Kepala Dinkes Riau Andra Sjafril di Pekanbaru, Sabtu.
Dikatakannya, pihaknya menggandeng BPOM untuk turun langsung menelaah ada tidaknya peredarannya ada di wilayah setempat.
peredaran vaksin palsu ditemukan di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan Banten. Vaksin palsu yang ditemukan diantaranya vaksin campak, hepatitis B, tubercolosis (TB), tetanus hingga vaksin polio.
"Sebagai langkah antisipasi agar peredarannya tidak masuk ke wilayah setempat, kita lakukan pantauan ini," ujarnya.
Andra mengimbau masyarakat Riau jika menemukan vaksin dengan ciri tidak memiliki nomor Departemen Kesehatan (Depkes), agar melaporkan kepada pihaknya untuk dapat ditinjau lebih lanjut.
"Vaksin ini tidak jelas tercantumnya nomor depkes, dan warna tutupnya tidak seperti yang dimiliki biofarma (vaksin resmi)," sebut dia.
Dikatakannya, Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan menetapkan vaksin yang resmi yakni dari PT Biofarma disalurkan kepada Puskesmas dan Pos Pelayan Terpadu (Posyandu).
Sedangkan untuk vaksin palsu sendiri, ia belum bisa mengemukakan efek sampingnya karena diperlukan tim pengkaji melakukan penelitian lebih lanjut.
"Intinya kualitas dari vaksin ini tidak terjaga, kemanjurannya dipertanyakan, untuk efek samping harus dilakukan penelitian lebih dalam lagi," kata Andra menegaskan.
Pewarta: Fazar/Diana
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016