Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi Juni 2016 atau sebagian besar momentum Ramadhan sebesar 0,56 persen, dipicu tekanan yang sebagian besar timbul dari harga bahan makanan.
"Perhatian tertinggi ada di tekanan karena harga daging ayam dan telur ayam," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat.
Prediksi Bank Sentral untuk inflasi ini menurun dibanding kajian inflasi pada pekan kedua Juni, sebesar 0,61 persen. Agus melihat, tekanan harga masih akan membayangi hingga Lebaran 1437 Hijirah, terutama dari harga kelompok makanan bergejolak (volatile food), terutama beras, gula, dan varietas cabai.
Bank Sentral juga memperkirakan tren konsumsi tinggi masih akan berlanjut pada Juli 2016 karena perayaan Lebaran dan musim liburan pelajar. Dari kajian sebelumnya, jika rencana penaikkan Tarif Tenaga Listrik untuk segmen pengguna 900 VA direalisasikan dan juga terjadi kenaikan harga minyak mentah dari 35 dolar ke 39 dolar per barel, maka laju inflasi Juli bisa terkerek hingga 0,96 persen.
Namun laju inflasi 0,96 persen itu juga menjadi inflasi Juli yang paling rendah dalam beberapa tahun terakhir.
Kepala Divisi Asesmen Inflasi BI, Rizki E. Wimanda sebelumnya menilai rendahnya inflasi juga disebabkan masih lesunya daya beli masyarakat, selain upaya koordinasi menjaga pasokan dan produksi yang dilakukan pemerintah, dan stabilitas ekonomi oleh Bank Sentral.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016