Tokyo (ANTARA News) - Indeks saham di Tokyo menukik dengan dahsyat, jatuh lebih dari delapan persen pada Jumat, di tengah ketakutan atas "Brexit" (referendum Inggris untuk keluar atau tetap di Uni Eropa) karena saham perusahaan-perusahaan besar termasuk Toyota dan operator seluler SoftBank terjun bebas.

Indeks acuan Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo turun sebanyak 8,30 persen atau 1.347,79 poin menjadi 14.890,56, sementara indeks Topix dari seluruh saham papan utama merosot 8,16 persen atau 105,91 poin menjadi 1.192,80.

Nikkei terperosok pada Jumat setelah kubu "tinggalkan" Uni Eropa menang atas kubu "tetap" di Uni Eropa dengan perolehan suara 51,9 persen terhadap 48,1 persen dalam referendum Inggris tentang keanggotaannya di Uni Eropa.

Kedua indeks kemudian mengupas beberapa kerugian tersebut, dengan Nikkei merangkak kembali menjadi turun sekitar tujuh persen sekitar pukul 13.00 WIB.

Di pasar valas, yen sempat melonjak ke level tertinggi terhadap dolar sejak November 2013, menyentuh 99,02 yen, karena para pedagang berbondong-bondong ke mata uang "safe-haven".

Pound sebentar menukik ke sekitar 1,33 dolar dari di atas 1,50 dolar -- tingkat terendah dalam 31 tahun.

"Pasar jatuh ke dalam panik jual ... ketika pilihan Tinggalkan tampak telah di atas angin," Yosuke Hosokawa, kepala tim penjualan valas di Sumitomo Mitsui Trust Bank mengatakan kepada AFP.

"Penjualan memicu lebih banyak aksi jual. Melihat tingkat dolar-yen saat ini, intervensi pasar oleh otoritas Jepang semakin lebih realistis. Ini situasi darurat tetapi kita perlu tetap waspada sampai setelah hasil akhir."

Pernyataan itu datang ketika Menteri Keuangan Jepang Taro Aso sedang menggelar konferensi pers darurat Jumat siang untuk mengatasi volatilitas pasar yang liar.


Sydney jatuh

Indeks acuan saham Australia juga tenggelam hampir empat persen pada Jumat, karena hasil dari referendum Inggris menunjukkan ke arah meninggalkan Uni Eropa.

Indeks utama S&P/ASX 200 turun 200,4 poin, atau 3,9 persen, menjadi 5.080,3 pada sekitar pukul 03.45 GMT, bergabung dengan lautan merah di seluruh pasar Asia.

"Pasar keuangan kami, tidak hanya saham tetapi juga pasar dolar dan obligasi," ekonom dan analis pasar Patersons Securities, Tony Farnham mengatakan kepada AFP.

(A026/B008)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016