Jakarta (ANTARA News) - Jumlah penderita Tuberkolisis (TB) di DKI Jakarta yang tercatat oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sejak 2003 hingga 2006 terus menunjukkan peningkatan. Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Salimar Salim kepada ANTARA News di Jakarta, akhir pekan ini menyatakan pada 2003 pasien TB tercatat 4.215 dan meningkat menjadi 5.751 pada 2004. Angka itu terus meningkat menjadi 6.929 pada 2005. "Pada 2006 jumlahnya menjadi 17.153 orang," katanya. Dijelaskan Salimar kenaikan itu terus terjadi karena warga ibukota memang rentan terpapar penyakit tersebut sebagai akibat dari kepadatan penduduk dan juga sanitasi pemukiman yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Ia mencontohkan permukiman penduduk di sejumlah kawasan di lima wilayah Jakarta yang sedemikian rapat jarak antar rumah sehingga menyulitkan sinar matahari untuk menerpa sejumlah sudut rumah, padahal sinar matahari sangat efektif untuk mematikan bakteri TB. "Jumlah penderita TB juga dapat diasumsikan seperti gunung es, artinya jumlah pasien yang ada bisa diasumsikan lebih tinggi dibandingkan dengan angka yang tercatat di dinas kesehatan," tambahnya. Oleh karena itu Salimar menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat untuk peduli dengan kesehatannya sendiri termasuk memeriksakan batuk yang tak kunjung sembuh setelah dua pekan, penurunan nafsu makan yang diikuti oleh penurunan berat badan. Saat ini sebetulnya sudah ada program pengobatan TB dengan mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) setelah pasien dipastikan terpapar penyakit itu usai menjalani tes Bakteri Tahan Asam (BTA). "Tapi pengobatan itu tidak akan efektif bila pasien tidak menuntaskan program pengobatan selama enam bulan. Ada beberapa pasien yang setelah minum obat selama sebulan merasa penyakitnya sudah sembuh dan akhirnya berhenti minum obat," tuturnya. Padahal, masih menurut Salimar, pengobatan TB harus tuntas selama enam bulan. Oleh karena itu, perlu adanya orang yang mendampingi pasien untuk memastikan mereka meminum obatnya sesuai dengan program yang ada. "TB merupakan urutan pertama dari 10 penyakit yang paling banyak diderita oleh warga yang mengakses program Jaminan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin (JPK Gakin)," kata Salimar.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007