Mahachai, Thailand (ANTARA News) - Ratusan migran dari Myanmar memberikan sambutan meriah kepada Aung San Suu Kyi di Thailand pada Kamis saat kunjungan pertamanya sejak partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) pimpinannya menang telak dalam pemilihan umum November lalu.
Thailand merupakan tempat tinggal bagi dua hingga tiga juga pekerja migran dari Myanmar. Banyak migran Myanmar melakukan pekerjaan berat yang tidak ingin dilakukan kebanyakan warga Thailand.
Kunjungan Suu Kyi telah memicu permintaan baru terkait perlindungan lebih baik bagi para pekerja migran, yang banyak di antaranya tidak terdaftar dan dikatakan para kelompok hak asasi rentan mendapatkan perlakuan buruk.
"Kami harap dia akan menekan pemerintah Thailand untuk bersimpati kepada kami," ujar Ma Kout Shwe, seorang pekerja pabrik baja dari myanmar.
Suu Kyi beserta kepala junta Thailand, Prayuth Chan-ocha akan menandatangani nota kesepahaman pada Jumat untuk membantu para migran Myanmar bekerja secara resmi di Thailand, menurut sebuah dokumen pemerintahan Thailand yang disebarkan sebelum kunjungan berlangsung.
Banyak di antara mereka yang berkumpul di pasar Talay Thai di Mahachai, sebuah pelabuhan nelayan di sebelah barat Bangkok, mengenakan kaus yang bertuliskan "Kami cinta Aung San Suu Kyi".
Banyak migran di Mahachai bekerja di kapal-kapal nelayan atau di pabrik pengolahan makanan laut. Reputasi industri itu telah dinodai oleh perdagangan manusia, kerja paksa dan kekerasan.
Kunjungan Kamis itu merupakan kunjungan resmi kedua ke luar negeri sejak pemerintahan NLD mulai menjabat pada 30 Maret lalu.
Suu Kyi melakukan kunjungan selama tiga hari dalam kuasanya sebagai penasihat negara, sebuah posisi yang dibuat untuk dirinya, dan sebagai menteri luar negeri. Pertemuan itu akan menandai perjumpaan pertama antara tokoh demokrasi itu dengan anggota militer Thailand, yang merebut kekuasaan dalam kudeta tanpa pertumpahan darah pada Mei 2014 lalu.
Pihak junta gelisah terkait kunjungan Suu Kyi. Sebuah konferensi pers di Bangkok soal penderitaan 1,1 juta juta warga minoritas Muslim Rohingya Myanmar berakhir buruk pada Kamis setelah pihak berwenang Thailand memberikan tekanan kepada kelompok hak asasi manusia yang menyelenggarakannya.
Suu Kyi telah menuai kritik dari luar negeri dan beberapa kalangan di Myanmar karena hanya berbicara sedikit tentang perlakuan buruk yang diterima Rohingya. Masyarakat Muslim itutinggal dalam kondisi seperti apartheid (diskriminasi kelompok ras kulit hitam) dan dipandang oleh kebanyakan kalangan penganut Budha Myanmar sebagai para imigran ilegal dari Bangladesh, demikian Reuters melaporkan.
(Ian/KR-MBR)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016