Bagdad (ANTARA News) - Tentara Amerika Serikat (AS) hari Jumat mengumumkan kematian dua lagi anggotanya di Irak, tempat pasukan negara adidaya itu melawan perlawanan meningkat dan pertumpahan darah aliran. Satu tentara tewas hari Kamis sesudah bom jalanan meledak di samping tentara peronda di Bagdad barat. Satu marinir tewas dalam pertempuran di propinsi Anbar, kubu pejuang Sunni di barat ibukota tersebut. Kematian itu menjadikan 3.227 tentara Amerika Serikat tewas di Irak sejak serbuan empat tahun lalu, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas angka Pentagon. Sementara itu, kantor berita Inggris Reuters menyebut tentara Amerika Serikat tewas di Irak sejak serbuan balatentara gabungan pimpinan negara adidaya itu untuk menggulingkan Presiden Saddam Hussein berjumlah 3.233 orang. Perwira tinggi Amerika Serikat di Irak menguatiri peningkatan serangan, terutama ledakan bom jalanan, yang dikatakan tentara negara adidaya itu menggunakan bom buatan salah satu negara tetangga Irak. Bom tersebut telah menewaskan lebih dari 170 tentara Amerika Serikat di Irak sejak 2004. Komandan tentara Amerika Serikat di Irak menyatakan menganggap sekarang tidak diperlukan segera tambahan pasukan, kecuali yang telah diumumkan. Jenderal David Petraeus dalam jumpa wartawan pertamanya di Bagdad sejak memimpin pasukan Amerika Serikat di Irak, menyatakan telah berbicara dengan orang kedua di komandonya apakah ia memiliki pasukan cukup bagi tugasnya sekarang di Irak. Sejumlah 140.000 tentara Amerika Serikat berada di Irak, tempat kekerasan aliran menghambat usaha negara adidaya itu mengahiri perang empat tahun di negara itu. Pejuang menembak jatuh sembilan helikopter sejak 20 Januari di Irak, menewaskan 28 orang, sebagian besar tentara. Tujuh dari helikopter itu adalah pesawat tentara Amerika Serikat dan dua milik perusahaan swasta keamanan Amerika Serikat. Rangkaian serangan berhasil atas helikopter meningkatkan pertanyaan tentang apakah pemberontak memakai siasat baru, seperti, mengaji pola penerbangan pesawat itu. Tentara Amerika Serikat di Irak memunyai enam bulan untuk menciptakan ketertiban atau akan menghadapi keruntuhan "bergaya Vietnam", yang memaksanya mundur secara terhina, kata koran Inggris mengutip laporan penasehat puncak, yang bekerja untuk Jenderal David Petraeus, panglima Amerika Serikat di Bagdad. Kelompok itu dinyatakan memperingatkan bahwa Amerika Serikat mungkin memunyai tidak lebih dari enam bulan untuk memulihkan ketenteraman di Irak atau Washington harus melaksanakan "rencana B2" --penarikan tergesa-gesa-- meninggalkan negara terpecah itu demi keselematannya. Anbar merupakan kubu utama pejuang Arab Sunni, yang memerangi balatentara Amerika Serikat dan pemerintah pimpinan Syiah Perdana Menteri Nuri Maliki. Propinsi berpenduduk sebagian besar Sunni itu merupakan satu dari banyak daerah panas di Irak dan pertempuran di sana merenggut banyak nyawa warga Irak dan Amerika Serikat sehari-hari. Itu merupakan wilayah paling mematikan di Irak bagi balatentara Amerika Serikat. Presiden Amerika Serikat George W Bush mengirim sekitar 4.000 tentara tambahan ke propinsi itu untuk meningkatkan usaha menghancurkan perlawanan tak kenal menyerah pejuan Irak tersebut. Sebagian besar warga Amerika Serikat mendukung penentuan tenggat bagi penarikan pasukan mereka di Irak dan sejumlah lagi mengatakan tidak menyetujui peperangan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007