Samarinda (ANTARA News) - Pihak keluarga tetap yakin, kru "tugboat" atau kapal tunda Charles milik PT Rusianto Bersaudara, disandera kelompok Abu Sayyaf.
"Kami yakin, tujuh kru kapal tunda, termasuk suami saya disandera karena sampai saat ini belum ada kepastian terkait bagaimana kondisi dan nasib mereka," ujar Dian Megawati Ahmad, istri salah satu kru tugboat Charles, dihubungi di Samarinda, Kamis dinihari.
Walaupun belum bisa memastikan, namun dari hasil percakapan dengan salah seorang ABK kapal tunda yang dibebaskan dengan istrinya, ia merasa yakin jika suaminya disandera.
"Salah seorang dari enam ABK yang dibebaskan bernama Rudi, malam ini (Kamis) sekitar pukul 01.30 WITA sempat menelpon istrinya dan mengatakan, kalau tujuh kru kapal tunda Charles diangkut menggunakan dua perahu. Perahu pertama mengangkut empat orang dan perahu kedua, tiga orang yang diambil," kata Dia Megawati.
"Saat ini, menurut informasi yang kami terima, kapal tunda itu sudah berada di wilayah perairan Berau," tuturnya.
Ia menyatakan bahwa Ismail, suaminya, merupakan Mualim I dari kapal tunda tersebut.
Dian Megawati mengaku, mengetahui penyanderaan itu dari Ismail, suaminya pada Rabu (22/6) sekitar pukul 11.30 WITA.
"Tadi pagi sekitar pukul 11.30 WITA, saya dihubungi suami saya menggunakan nomer telepon penyandera. Dia mengatakan disandera bersama enam kru tugboat lainnya dan saya diminta menghubungi pihak perusahaan dan kepolisian," ujar Dian Megawati.
"Suami saya disandera bersama tiga kru, yakni Robin, Muhammad Nasir dan Sofyan. Sementara, Feri sebagai kapten kapal disandera terpisah dengan dua orang lainnya yang saya tidak tahu namanya. Kami sulit menghubungi, karena setiap kali menelpon selalu berganti-ganti nomer telepon," katanya.
Dian Megawati mengungkapkan penyandera meminta uang tebusan kepada pihak perusahaan pemilik kapal tunda itu sebesar 200 juta Ringgit Malaysia.
"Jika tidak, penyandera akan memenggal para sandera tersebut," tambahnya.
Dian Megawati mengaku terakhir berkomunikasi dengan Ismali, sebelum dilaporkan disandera pada Selasa (21/6) subuh.
"Kami berkomunikasi terakhir sebelum ia menyatakan disandera saat menjelang makan sahur pada Selasa (21/6). Saat itu, suami saya dalam perjalanan pulang dari Filipina setelah lebih 10 hari berlayar," tuturnya.
(A053/E008)
Pewarta: Amirullah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016