Tangerang (ANTARA News) - Sebanyak 552 pesawat udara dinyatakan laik beroperasi oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan untuk mengangkut pemudik pada masa angkutan Lebaran 2016.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Suprasetyo seusai pemeriksaan lapangan atau ramp check di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang mengatakan pihaknya sudah melakukan 1.624 kali pemeriksaan sejak 27 Mei 2016.
"Dari 27 Mei sampai sekarang kita sudah periksa 552 pesawat, secara umum kondisinya bagus," katanya.
Untuk hari ini ia telah memeriksa 20 pesawat di Bandara Soekarno-Hatta.
Pemeriksaan tersebut meliputi, pengecekan ban, seluruh peralatan keselamatan, yakni tabung oksigen serta pemadam kebakaran, lisensi pilot dan sebagainya.
Adapun, hasil temuan dari 552 tersebut masih terdapat kekurangan minor yang perlu dilengkapi, misalnya lampu di dalam pesawat yang tidak menyala dan pergerakan kursi untuk maju atau mundur (reclining seat) yang kurang lancar.
Suprasetyo juga menemukan lima pesawat dari lima maskapai yang mengalami kerusakan cukup parah, namun pihak maskapai sudah memperbaiki dan sudah memenuhi (comply), sehingga kembali diizinkan beroperasi.
"Kerusakannya mesin panas, AC (pendingin ruangan) juga panas, navigasi rusak," katanya.
Kelima maskapai tersebut, di antaranya Express Air, Indonesia AirAsia, Sriwijaya Air, Lion Air dan Indonesia Air Transport.
Suprasetyo mengatakan kru pesawat juga harus diperiksa terkait kondisi kesehatan, lisensi dan sebagainya di 35 bandara yang menjadi fokus Lebaran 2016.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub Mohammad Alwi mengatakan untuk di Bandara Soetta hari ini total akan dilakukan pemeriksaan 50 pesawat.
Sementara itu, lanjut dia, pesawat yang akan beroperasi untuk Lebaran tahun ini sebanyak 529 pesawat.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi mengatakan akan mengantisipasi ketika lepas landas dan mendarat karena berpengaruh terhadap ketepatan waktu penerbangan.
"Pesawat itu masalahnya biasanya pada saat landing, karena tidak lancar akan merembet dan terjadilan keterlambatan," katanya.
Terkait peningkatan frekuensi penerbangan dari 72 menjadi 76 pegerakan pesawat per jam, Budi sudah berkoordinasi dengan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia).
"Kami bersama Airnav telah menunjuk konsultan dari Bandara Heathrow Inggris untuk mengatur ini, keinginan kita memang east cross taxi way ini jadi pada akhir 2017 agar bisa 86 pergerakan pesawat per jam," katanya.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016