Boyolali (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali Jateng meminta masyarakat dio daerah rawan lebih mewaspadai bencana tanah longsor pada musim hujan dengan iklim ekstrem.

Kepala BPBD Kabupaten Boyolali, Nur Kamdani, di Boyolali, Selasa, mengatakan, ada 25 desa yang tersebar enam kecamatan, di Kabupaten Boyolali harus meningkatkan kewaspadaan rawan tanah longsor.

Menurut Nur Kamdani, bentuk kewaspadaan masyarakat di kawasan rawan bencana tersebut seperti jika terjadi hujan dalam waktu lama agar waspadai tanah longsor yang terjadi sewaktu-waktu.

Pihaknya meminta masyarakat yang bermukim di daerah rawan bencana tanah longsor di Kecamatan Selo, Ampel Musuk, Cepogo, Kemusu dan Klego agar meningkatkan kewaspadaan dengan cara sistem ronda secara bergilir sebagai langkah antisipasi.

Nur Kamdani mengatakan berdasarkan keterangan dari Badan Meteorogi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyebutkan, diperkirakan beberapa hari ke depan masih ada potensi hujan lebat seperti sebelumnya.

"Pada Juli dan Agustus diperkirakan sudah memasuki musim kemarau basah, dimana hal itu, masih dapat terjadi hujan dengan intensitas tinggi," katanya.

Kendati demikian, pihaknya meminta masyarakat di wilayah bencana tanah longsor untuk gemar melakukan penaman pohon di lahan gundul, karena hal itu, dapat mengurangi resiko bencana tanah longsor. Kegiatan reboisasi ini, dapat melestarikan sumber air yang ada.

Ia mengatakan dari enam kecamatan di Boyolali yang paling rawan tanah longsor di kawasan lereng Gunung Merapi dan Merbabu. Antara lain, Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk, dan Ampel.

"Ada 10 desa di Kecamatan Selo, tiga desa di Cepogo, Musuk dan Ampel masing-masing empat desa yang rawan tanah longsor," katanya.

Menurut dia, Boyolali bagian utara satu kecamatan di Klego yakni di Desa Dondanglegio dan Gunungmadu yang sering terjadi bencana tanah longsor.

Ia mengatakan daerah rawan tanah longsor tersebut merupakan hasil kajian bersama dengan ahli Geologi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Daerah itu, memiliki tingkat kemiringan tebing di atas sekitar 40 derajat atau di kawasan lereng Merapi dan Merbabu.

Bahkan, ujar dia, kondisi tanahnya di kawasan pegunungan tersebut gembur banyak terdapat batuan muda dan pasir, sehingga berpotensi terjadi tanah longsor jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.

Menyinggung soal kejadian bencana di tanah longsor di Purworejo Jateng, Nur Kamdani mengatakan Pemkab Boyolali telah mengirimkan bantuan logistik dan 10 relawan ke daerah tersbeut. Relawan Boyolali bekerja sama dengan relawan dari kabupaten lain berhasil mengevakuasi tiga korban jiwa.

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016