Nilai tukar rupiah kembali terapresiasi terhadap dolar AS namun masih terbatas dikarenakan sentimen eksternal relatif negatif bagi mata uang di negara berkembang
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, menguat 11 poin menjadi Rp13.241 dibandingkan posisi sebelumnya pada posisi Rp13.252 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah kembali terapresiasi terhadap dolar AS namun masih terbatas dikarenakan sentimen eksternal relatif negatif bagi mata uang di negara berkembang," kata Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, terbatasnya penguatan mata uang rupiah itu dikarenakan sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Fed fund rate) yang masih simpang siur, serta menjelang referendum Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa).
Dari dalam negeri, lanjut dia, sentimen mengenai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) juga masih terasa dampak positifnya. Penurunan suku bunga acuan itu menandakan laju inflasi dalam negeri cukup terjaga.
Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan bahwa mendekati pelaksanaan referendum Brexit pada 23 Juni 2016, spekulasi di pasar keuangan akan meningkat. Hasil referendum akan direspon pasar pada perdagangan berikutnya pada 24 Juni 2016.
"Aksi spekulasi oleh para spekulan dapat meningkat dalam periode itu," katanya.
Meski demikian, ia mengatakan bahwa dampak Brexit diperkirakan hanya sementara, karena ekspor Indonesia ke Inggris masih relatif kecil sehingga tidak terlalu mempengaruhi neraca Indonesia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.286 dibandingkan hari sebelumnya Kamis (16/6) Rp13.260.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016