Jakarta (ANTARA News) - Industri makanan dan minuman masih menjadi andalan untuk mendongkrak pertumbuhan industri pengolahan non migas 2016 karena kontribusinya paling besar.
"Industri makanan dan minuman berkontribusi paling besar, yakni 31,5 persen terhadap pertumbuhan industri pengolahan non migas," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin di Jakarta, Selasa.
Pada triwulan pertama tahun ini, pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 7,55 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2015 yakni 8,16 persen.
Saleh menyampaikan, rendahnya pertumbuhan industri makanan dan minuman ini karena el Nino yang membuat musim kemarau lebih panjang dan musim panen bergeser.
Kendati demikian, Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, industri makanan dan minuman akan kembali melejit pada triwulan II dan III, mengingat periode ini memasuki Ramadhan dan menjelang Idul Fitri.
"Triwulan pertama tumbuh 7 persen itu sudah cukup bagus. Di triwulan kedua dan ketiga kan ada Lebaran, biasanya melonjak di situ. Dan Desember ada Natal, itu juga naik," ungkap Panggah.
Panggah menyatakan, hingga akhir 2016, industri ini diprediksi tumbuh di atas 7 persen, asal pasokan bahan baku terutama gula dan garam terpenuhi dengan baik.
"Sekarang meskipun izinnya bertahap tapi asal masih lancar ya masih bisa. Ini sebenarnya juga dari sisi perencanaan kurang baik tapi kalau memang harus bertahap gitu, kita bisa terima cuma dalam batas tertentu," ujar Panggah.
Ia mengakui, suplai gula untuk industri sempat tersendat karena musim giling tebu bergeser dan produktivitasnya menurun akibat musim hujan.
Hal ini, tidak hanya terjadi di dalam negeri, tapi juga di negara lainnya seperti Thailand. Akibatnya, produktivitas tebu menurun, beberapa negara menahan ekspor gula, yang menyebabkan suplai terbatas dan harga melonjak.
"Kami akan berupaya suplai supaya harga turun dan kebutuhan industri tercukupi," ujar Panggah.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016