Tun Mahathir Mohamad mengubah pemilihan di bawah masa kepemimpinan saya ini menjadi referendum."
Kualalumpur (ANTARA News) - Koalisi partai bekuasa Malaysia pendukung Perdana Menteri Najib Razak meraih kemenangan dalam pemilihan umum sela, mengalahkan gerakan politik mantan mentornya, Mahathir Mohamad, belum lama ini.
Kemenangan itu kian menguatkan kekuasaan PM Najib di Malaysia lewat pendukungnya, Barisan Nasional (BN), walaupun ia terus didesak mundur karena gratifikasi di perusahaan keuangan negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB), lapor Reuters.
Partai pendukung Najib itu berhasil mengumpulkan suara di Sungai Besar dan Kuala Kangsar dengan suara lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemilihan umum pada 2013, kata komisi pemilihan umum sela.
Kedua wilayah di pesisir barat semenanjung Malaysia itu dihuni banyak masyarakat petani dan nelayan.
"Tun Mahathir Mohamad mengubah pemilihan di bawah masa kepemimpinan saya ini menjadi referendum," kata Najib.
"Mereka (masyarakat) tidak percaya kebohongan Tun Mahathir, juga menolak koalisi dari eks-oposisi yang nyatanya tidak berhasil, serta menolak partai oposisi yang tidak pasti, khususnya karena persekutuannya dengan Tun Mahathir," tambahnya.
Meski hasil pemilihan ini tidak berpengaruh pada keseimbangan kekuasaan di parlemen, para pengamat mencatat hal itu sebagai tanda pengaruh Mahathir yang mulai pudar.
Koalisi pendukung Najib telah mengamankan kemenangan di wilayah bagian Borneo dan Sarawak bulan lalu.
Para pengamat politik memprediksi ia akan meminta pungutan suara lebih dini untuk memperkuat posisinya yang tengah solid.
James Chin, direktur kajian Asia Universitas Tasmania menyatakan "tingginya kemungkinan pungutan suara yang lebih awal akan dilakukan jika BN memenangi suara mayoritas".
Pemilihan umum mendatang dijadwalkan pada 2018.
Koalisi itu sempat kalah dua sampai tiga mayoritas suara pada pungutan suara 2008, bahkan Najib juga kehilangan popularitasnya pada 2013 meski BN tetap berkuasa.
Penentang Najib menuntut pengunduran diri PM itu setelah keluarnya laporan penyalahgunaan miliaran dolar dari program 1MDB-nya, begitupun dengan lebih dari satu miliar dolar Amerika Serikat yang kabarnya telah disetor ke simpanan bank pribadinya.
Namun, Najib menolak isi laporan tersebut.
Mahathir yang pernah memimpin Malaysia selama 22 tahun hingga mengundurkan diri pada 2003 keluar dari Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) awal tahun ini lantaran kecewa atas dominasi Najib di partai itu terlepas banyaknya tuduhan yang menimpa dirinya.
Akan tetapi, skandal itu kini tengah jadi bahan penyelidikan internasional di sekitar enam negara.
(Uu. KR-GNT/B002)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016