Kabul (ANTARA News) - Paling tidak 69 gerilyawan Taliban tewas dalam pertempuran dengan pasukan Afghanistan di selatan negara itu, kata seorang jurubicara pertahanan, Jumat, sehari setelah tentara melancarkan ofensif terhadap kelompok itu. Seorang perwira polisi provinsi, pada Kamis mengatakan, pasukan yang dipimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dilaporkan menewaskan 38 gerilyawan Talban dalam serangkaian serangan di dua daerah distrik Girishk, Provinsi Helmand. Tapi, juru bicara Kementerian Pertahanan, Zahir Azimi, mengatakan bahwa pasukan NATO tidak terlibat dalam pertempuran itu, dan menambahkan bahwa jumlah korban tewas di pihak gerilyawan meningkat menjadi 69 orang. Tujuh polisi juga tewas dan 19 tentara Afghanistan cedera, katanya, pada satu jumpa pers. Ia menambahkan, pasukan telah mulai melakukan "operasi pembersihan" setelah serangan-serangan itu. Pertempuran mulai meningkat di seluruh Afghanistan setelah musim dingin, dan para pengamat mengatakan, tahun 2007 adalah satu tahun penentuan bagi Taliban beserta musuh-musuh mereka. Tahun lalu adalah tahun yang paling banyak menelan korban jiwa, sejak pemerintah kelompok garis keras Islam itu digulingkan oleh pasukan pimpinan Amerika Serikat (AS) pada 2001. Pasukan NATO dan angkatan bersenjata Afghanistan melancarkan serangan terbesar mereka di Helmand, yang ditujukan pada gerilyawan Taliban dan gembong-gembong obat bius yang memungut panen terbesar untuk tahun kedua yang sedang berjalan. Operasi Achilles di Halmand utara melibatkan 4.500 tentara NATO dan 1.000 tentara Afghanistan. Sementara itu para pejabat mengatakan sebuah bom mobil bunuh diri meledak dekat satu konvoi NATO di Afghanistan timur, Jumat, hanya menewaskan penyerang itu dan mencederai seorang anak, kata kantor berita AFP. Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) NATO mengatakan tidak ada korban di pihaknya dalam serangan sekitar 30km di luar kota Jalalabad. "Seorang bocah cedera dalam ledakan itu," kata gubernur distrik itu, Khaibar Mohmand kepada AFP. Mohmand menyalahkan serangan itu pada Taliban, yang melancarkan pemberontakan berdarah sejak mereka digulingkan tahun 2001. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007