Mereka yang siap hidup berdampingan adalah yang `lulus` ujian. Yang `tak lulus` adalah yang saling menyerang,"
Jakarta (ANTARA News) - Cendikiawan muslim Din Syamsuddin mengingatkan bahwa Indonesia harus lulus dari ujian kemajemukan sehingga dapat berkembang menjadi bangsa yang besar.
"Mereka yang siap hidup berdampingan adalah yang lulus ujian. Yang tak lulus adalah yang saling menyerang," kata Guru Besar Universitas Islam Negeri Jakarta itu dalam buka bersama di rumah dinas Ketua DPR Ade Komarudin di Jakarta, Senin.
Mantan ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menyatakan kemajemukan merupakan sunatullah atau hukum Tuhan.
"Kita berada dalam latar kemajemukan bukan karena keinginan kita tapi karena kemauan Ilahi," katanya.
Ia melanjutkan di balik ketentuan Ilahi itu ada ujian. "Kemajemukan bisa membawa persatuan tetapi juga bisa membawa perpecahan," katanya.
Din menyebutkan Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim. Jika posisi umat islam yang mayoritas itu terpuruk maka akan terdorong munculnya gejala radikalisme.
"Ada gejala seperti itu, tapi saya yakin kelompok arus utama bisa menyelesaikan masalah itu," kata Din.
Sementara itu Ketua DPR Ade Komarudin mengatakan hikmah yang bisa diperoleh dari ibadah puasa adalah ujian dalam kemajemukan.
"Islam mengakui pluralisme, dalam kondisi seperti ini pemimpin harus adil, tidak boleh mendiskreditkan golongan satu dengan lainnya," katanya.
Ia menyebutkan sebentar lagi Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin juga akan diuji saat penentuan 1 Syawal 1437 Hijriah.
Ade Komarudin menyebutkan Islam indonesia merupakan Islam toleran yang disebarkan lewat budaya seperti wayang, seni bela diri dan lainnya.
"Dalam bhineka tunggal ika, semua orang berhak menjalankan keyakinannya, namun harus bertanggung jawab atas perilaku masing-masing untuk tidak mengganggu lainnya," kata Ade Komarudin.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016