Kedua negara bagian, yang memiliki populasi etnis minoritas yang besar, dilanda pemberontakan sejak Sudan Selatan memisahkan diri pada 2011 tanpa ada resolusi terhadap keluhan mereka.
Konflik antara angkatan darat dengan pemberontak Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara (Sudan People's Liberation Movement-North/SPLM-N) telah berlangsung selama lima tahun. Sejumlah perundingan damai digelar di ibu kota Ethiopia namun gagal membuahkan hasil.
"Kami meminta rezim untuk segera mengirim delegasi ke Addis Ababa untuk bernegosiasi dengan mediator Uni Afrika agar melanjutkan perundingan gencatan senjata," kata SPLM-N, seperti dikutip dari laporan AFP.
"Sebuah mekanisme untuk mengawasi dan mematuhi gencatan senjata harus dicapai dalam sebuah proses perdamaian menyeluruh."
Korban jiwa jatuh dari kedua pihak sejak gencatan senjata sebelumnya berakhir awal tahun ini.
Pada Maret, delegasi pemerintah melakukan perjalanan ke Addis Ababa untuk bernegosiasi dengan pemberontak dan partai oposisi namun berakhir tanpa terobosan apa-apa.
Juru bicara angkatan darat Brigadir Ahmed Khalifa al-Shami mengatakan, gencatan senjata terbaru merupakan "itikad baik untuk memberikan kesempatan pada kelompok bersenjata untuk bergabung dengan proses perdamaian dan menyerahkan senjata mereka."
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016