London (ANTARA News) - Bahasa Indonesia di masa datang bisa masuk sebagai salah satu mata pelajaran pilihan bahasa di sekolah Inggris, menyusul dikembangkannya program kemitraan atau "School Link" yang diluncurkan Perdana Menteri Inggris Tony Blair saat berkunjung ke Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta, tahun lalu. Hasil dari kemitraan itu adalah saat ini dua guru dari Pondok Pesantren Darunnajah, Ulujami, Bintaro, Jakarta Selatan, yaitu Rizma Ilfi Sofwan dan Muhammad Kadhafi Hamdie, melaksanakan program pengajaran di sekolah The Holy Family Catholic School, di daerah Keighley, Inggris, selama dua minggu sejak awal Maret lalu. "Selama di Holy Family School, saya mengajar pelajaran Bahasa Indonesia, sejarah dan kesenian musik angklung," ujar Rizma kepada ANTARA di London, Kamis. Dengan bantuan KBRI di London, diharapkan dalam jangka panjang Bahasa Indonesia bisa masuk dalam kurikulum di sekolah The Holy Family, seperti halnya bahasa Jepang, ujar Rizma. seraya menambahkan bahwa saat ini selain pelajaran bahasa-bahasa Eropa seperti Jerman, Italia, Perancis, juga ada pelajaran bahasa Jepang dan China. Menurut Rizma, dengan adanya program kemitraan "School Link" antara Darunnajah dengan The Holy Family Catholic School yang berbasis agama, maka akan terjalin interaksi para murid kedua sekolah secara internasional. Apalagi dengan diadakannya pembicaraan jarak jauh atau telekonferensi antara kedua sekolah, baik antara guru dan guru serta manajemen dengan manajemen maupun antara murid dan murid. Dikatakannya, meskipun memang ada perbedaan yang mendasar antara Darunnajah dengan The Holy Family School, masalah agama tidak pernah dibahas. Dalam setiap kegiatan dibicarakan murni pendidikan, baik segi kurikulum metode pengajaran dan strategi pengajaran dan manajemen. Banyak meragukan "Banyak yang meragukan program kemitaraan atau "school link "ini akan menggapai sukses, apalagi adanya perbedaan yang sangat besar antara kedua agama Katolik dan Islam," ujarnya, samabil menambahkan bahwa keraguan itu ternyata tidak terbukti dengan berhasilnya program kemitraan ini dilaksanakan. Mengenai alasan dipilihnya Darunnajah menjadi proyek kemitraan antara pemerintah Inggris dan Indonesia, adalah karena adanya kemiripan yang sangat dekat antara Darunnajah dengan The Holy Family yang punya persamaan yaitu sekolah yang berbasis agama yaitu Islam dan Katholik. Pada November tahun 2006, guru dari The Holy Family School berkunjung ke Darunnajah dan diharapkan program ini akan diadakan setiap tahun masing-masing dari Darunnajah dengan The Holy Family mengirimkan dua gurunya biaya ditanggung oleh masing-masing, seperti tiket peswat, sementara akomodasi ditanggung pihak pengundang. Bercerita mengenai pengalaman selama mengajar di The Holy Family, Rizma mengatakan sekarang murid di Inggeris menjadi tahu apa itu Indonesia dan dimana, karena selama ini citra yang ada dan mereka tahu melalui layar televisi adalah Indonesia yang terjadi banyak musibah. Sekolah The Holy Family Catholic School Keighley memiliki murid yang berusia antara 11 sampai 19 tahun, sementara Pondok Pesantren Daunnajah yang memiliki 1.700 murid mulai dari tingkatan dasar hingga sekolah menengah. Mengenai pertukaran murid, Rizma mengakui masih belum dapat dilaksanakan apalagi dengan adanya perbedaan metode pengajaran karena Inggris menerapkan sistem moving class yakni setiap mata pelajaran diakukan di kelas berbeda. Murid-murid berbondong bondong pindah kelas setiap kali pelajaran diganti, ujarnya. Selama ikut mencicipi menjadi guru di The Holy Family School, Rizma juga mengikuti program doa bersama atau yang disebut dengan "Assembly" yang wajib dilakukan seluruh sekolah di Inggris setiap pagi. Selain mengajar, Rizma juga melakukan pembicaraan dengan kepala sekolah The Holy Family, Mary Gannon, dan mengamati pelajaran yang diberikan guru selama mengajar dan melakukan kunjungan tempat tempat bersejarah dan juga ke perternakan. (*)

Copyright © ANTARA 2007