Catatan akademis yang diperoleh Reuters menunjukkan bahwa Mateen sering diskors sebagai mahasiswa--setidaknya dua kali karena perkelahian--sebelum ia dipindahkan ke sekolah tinggi khusus untuk yang berpotensi dropout.
Mateen, 29 tahun, seorang penjaga keamanan swasta ditembak mati oleh polisi pada 12 Juni malam karena pembantaian di Orlando.
Dijelaskan oleh istri pertamanya--yang bercerai setelah menikah singkat--, bahwa Mateen sebagai pria kasar, mentalnya terganggu, dan temperamental.
Orang lain yang mengenalnya mengingat Mateen, warga AS yang tinggal di Florida dan lahir di New York dari orangtua yang imigran Afghanistan, sebagai individu canggung dalam bermasyarakat dan menghabiskan sebagian waktunya untuk diri sendiri.
FBI mengakui pernah mewawancarai Mateen pada 2013 dan 2014 untuk hubungan yang diduga dengan kelompok militan Islam, tetapi disimpulkan bahwa ia tidak menimbulkan ancaman. Namun, bukti-bukti dalam kasus Orlando menunjuk ke sebuah kejahatan setidaknya terinspirasi oleh ideologi ekstremis.
Dalam penyerangan Mateen telah menghubungi 911 bahwa ia mengaku mendapatkan dukungan dari berbagai kelompok militan Islam, namun pihak berwenang mengatakan ia tidak terkait dengan kelompok militan Islam.
Istri kedua Mateen, Noor Salman, telah mengetahui rencana penyerangan, demikian Reuters melaporkan.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016