diakui bahwa senilukis di Indonesia masih belum bisa meluas dan merata keseluruh masjarakat.
Sebagai perbandingan dikemukakan bahwa di seluruh Indonesia kini baru ada lebih kurang 100 orang pelukis, sedangkan di Kota Paris sadja terdapat lebih kurang 300.000 orang pelukis.
Affandi jang sudah keliling di negara2 Eropa, dan pernah menghadiri pameran senilukis internasional dalam Biennale Brazil, Amerika Selatan, tahun 1953, dan Biennale Venetia, Italia, selandjutnja mengakui bahwa Indonesia memang masih ketinggalan djika dibanding dengan negeri2 jang bisa dikatakan lebih rendah nilainja dalam senilukis dari pada Indonesia.
Djadi dipandang dari sudut nilainja, senilukis Indonesia sudah dapat dikatakan baik, hanja harus diakui belum meluas.
Pendapat Affandi ini selain didasarkan atas penglihatan dan pengalamannja sendiri, djuga didasarkan atas suara2 pers jang telah memberikan pendapat2nja dalan pameran internasional jang telah ia kundjungi itu.
Affandi tak mau disebut seniman
Berbitjara tentang pendapatnja sendiri tentang senirupa, Affandi katakan bahwa ia "bukanlah seorang seniman" dan takut mendengar kata "seniman".
Ia tak merasa seorang seniman, karena dasar pikirannja adalah lain. Kesenian pada umumnja adalah berdasarkan keindahan, sedang saja mendasarkan lukisan2 saja atas perikemanusiaan. Dengan melukis saja mau menjumbangkan tenaga saja kearah perikemanusiaan, demikian Affandi.
Dalam tjeramahnja itu Affandi djuga mengemukakan pendapatnja mengenai senirupa India, dan senirupa Barat.
Tjeramah itu diutjapkan dihadapan para pelukis dan peminat senilukis, serta para undangan, dalam satu pertemuan jang diselenggarakan oleh Himpunan Budaya Surakarta Rebo malam jang lalu digedung Sasonosuko Solo.
Disamping tjeramah itu diadakan pula Exposisi Senilukis, dalam mana dipamerkan lebih kurang 40 buah lukisan dari Affandi dan Saptohudojo, menantu Affandi, seorang pelukis muda jang atas beaja sendiri pernah pula berkeliling ke negeri2 Eropa dan kini dipekerdjakan di ASRI Solo.
Sumber : Pusat Data dan Riset ANTARA //pdra.antaranews.com/Twitter : @perpusANTARA
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016