Kupang (ANTARA News) - Ratusan umat muslim dari sejumlah desa di Kecamatan Witihama, terlibat dalam acara syukuran rehabilitasi bangunan Gereja Katolik Witihama, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Umat muslim yang menyebar di 16 desa di Kecamatan Witihama turut bersama umat Nasrani melakukan tradisi talin (talin dalam tradisi budaya Lamaholot - membawa sejumlah barang kebutuhan untuk diberikan kepada orang atau kelompok yang melaksanakan sebuah perayaan) dengan membawa sembako, dan juga hewan piaraan untuk dikonsumsi bersama dalam acara syukuran satu-satunya gereja Katolik di kecamatan itu.
"Tradisi talin ini sebagai perwujudan dari toleransi keagamaan yang bersumber dari nilai-nilai adat yang diwariskan oleh para leluhur," kata salah satu tokoh agama Islam Witihama, Kasman Gorantokan menjelaskan saat dihubungi Antara dari Kupang, Sabtu.
Ia mengatakan keterlibatan umat muslim melalui tradisi talin dilakukan dengan sukarela dan merupakan nilai-nilai budaya warisan leluhur yang tetap terpelihara oleh masyarakat Witihama hingga saat ini.
"Bahkan di bulan puasa Ramadhan, umat Muslim di Witihama tetap melakukan tradisi talin untuk menjaga nilai-nilai budaya," kata pengurus masjid Al-Taqwa Witihama itu.
Selain itu, kata, dia, keterlibatan umat Muslim dan Katolik juga dilakukan dalam acara-acara hari raya dengan melibatkan umat dan tokoh agama dari keduanya.
Pemimpin umat Katolik di Paroki Witihama Romo Amatus Witak Pr, mengapresiasi keterlibatatan umat Muslim yang dalam rangkaian kegiatan rehabilisasi gereja katolik Witihama tersebut.
"Kita sangat mengapresiasi dan bersyukur karena umat Muslim sudah terlibat sejak awal melalui seremoni adat yang melibatkan tokoh adat dari kalangan Muslim dan juga Katolik, proses rehab, hingga acara syukuran," kata pastor paroki gereja katolik Witihama itu kepada Antara.
Umat islam dan katolik menyatu dengan akrab membawa bantuan bahan makanan melalui tradisi talin untuk acara syukuran rehabiliasi gereja katolik Witihama.
"Kita sudah menyampaikan melalui dewan-dewan stasi dan kelompok masyarakat yang mana terdapat umat muslim untuk berpartisipasi dan semua menyambut dengan sangat baik," katanya menambahkan tradisi talin terakhir sudah dilakukan kemarin, dan masyarakat Desa Loga yang didominasi umat muslim, bersama-sama masyarakat Desa Lewopulo dan Balaweling.
Menurutnya, keterlibatan umat itu menunjukkan bahwa nilai-nilai adat yang merupakan warisan para leluhur masih hidup dalam generasi masyarakat Witihama hingga sekarang.
"Tradisi ini menunjukkan bahwa nilai-nilai adat selalu hidup di masyarakat dan agama berfungsi untuk terus melekatkan nilai-nilai mulia tersebut," ujarnya.
Masyarakat Witihama, lanjutnya, sudah merasa menyatu dengan dasar nilai-nilai budaya yang kemudian diperkokoh melalui ajaran-ajaran agama, sehingga toleransi antar umat tetap akan melekat.
Salah satu cara dengan selalu menjalin komunikasi dan silaturahim dengan para tokoh ada dan agama agar nilai-nilai mulia tentang persaudaraan dan kekeluargaan selalu hidup dari generasi ke generasi.
Rohaniwan katolik itu mengakui budaya toleransi antar umat beragam harus terus di pelihara karena tantangan intoleransi antar agama selalu berpotensi memicu konflik yang merugikan umat manusia bahkan secara global.
"Di tengah isu intoleransi yang sedang menjadi para elit dunia, kita terus membuat gagasan dan tindakan untuk mempertahankan nilai-nilai toleransi dari lingkup kecil karena dari situlah akar kita, tanpa membeda-bedakan agama manapun" demikian Pastor Amatius Witak.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016