Karena akumulasi prestasi di kabupaten/kota merupakan agregat prestasi Jatim. Jatim bahkan tidak lagi masuk sepuluh besar nasional."

Surabaya (ANTARA News) - Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Timur (Jatim) mencatat nilai Ujian Nasional (UN) di tingkat SD/MI, SMP/MTs hingga SMA/SMK di provinsi tersebut tahun ini mengalami penurunan.

"Tahun ini memang tahun penurunan. Semua hasil ujian turun mulai UN (Ujian Nasional (UN) SMA/SMK, SMP/MTs sampai US SD/MI ini," kata Kepala Disdik Jatim, Saiful Rachman di Surabaya, Jumat.

Ia mengatakan penurunan nilai tidak hanya terjadi di Jatim, melainkan secara nasional. Salah satu faktornya adalah bobot soal yang semakin tinggi dan tidak menjadi penentu kelulusan.

"Total nilai Ujian Sekolah (US) SD/MI tahun ini dari tiga mata ujian yang diujikan hanya 218,05 atau rata-rata 72,68. Tiga mata ujian tersebut antara lain Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)," jelasnya.

Menurut dia, hasil ini merosot dari tahun lalu yang mendapat nilai 232,07 atau dengan rata-rata 77,35. Selain nilai yang merosot, tahun ini siswa yang memperoleh nilai di bawah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) justru meningkat.

"Tahun lalu, peserta yang memperoleh nilai di bawah 55 hanya 69,26 persen. Tahun ini, persentase itu meningkat menjadi 98,15 persen dari 630.092 peserta," terangnya.

Selain itu, nilai UN SMP/MTs juga mengalami penurunan. Pencapaian nilai rata-rata UN tahun ini pun turun dari 2015 yang mencapai 66,99 persen menjadi 62,26 persen.

"Meskipun nilai rata-rata turun, hal ini diiringi dengan peningkatan indeks integritas. Selain itu, jumlah peserta UN SMP/MTs se-Jatim sebanyak 593.218, namun 65,15 persen atau setara dengan 386.475 memiliki nilai dibawah SKL," paparnya.

Sementara nilai UN tingkat SMA/SMK mengalami hal yang sama. Untuk SMA dan MA saja dari 231.945 siswa terdapat 39,6 siswa yang nilainya di bawah 55, sedangkan untuk SMK dari 199.446 siswa, 44,2 persen diantaranya memperoleh nilai di bawah 55.

"Yang jelas terlihat nilai rata-rata siswa SMK turun, mungkin mereka terlalu fokus uji kompetensi sampai mengabaikan teori," terangnya.

Mantan Kepala Badan Diklat Jatim itu berharap kabupaten/kota kembali bersemangat memperbaiki kualitas pendidikan. Mengejar pendidikan gratis boleh, namun kualitas pendidikan yang harus diutamakan.

"Karena akumulasi prestasi di kabupaten/kota merupakan agregat prestasi Jatim. Jatim bahkan tidak lagi masuk sepuluh besar nasional," ungkapnya.

Saiful juga berharap, para guru yang telah mendapat Tunjangan Profesi Pendidik (TPP) ditambah lagi tunjangan dari daerah semakin dekat dengan siswa.

"Selain itu, guru juga harus melakukan perbaikan pola mengajar. Memang kompetensi guru kita ini cukup rendah, dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun lalu yang rata-rata kurang dari enam sudah terlihat kualitasnya," tandasnya.

Pihaknya akan menurunkan tim pemetaan untuk melihat penyebab pada masing-masing jenjang dan masing-masing kabupaten/kota, sehingga pihaknya akan menemukan solusi yang sesuai dengan penyebab masing-masing.

Pewarta: Indra Setiawan/Laily Widya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016